Tewas karena Bersihkan Abu Kelud
Humas RSUD Caruban Trimo menyatakan, Saji mengalami cedera otak berat. Kondisi itu terlihat dari mulut dan telinga korban yang terus mengeluarkan darah. ''Saat dibawa ke UGD, Pak Saji sudah meninggal. Setelah divisum, jenazahnya langsung dibawa pulang oleh keluarga,'' ujar Trimo kemarin (18/2).
Delapan pasien yang terluka itu, lanjut dia, dirawat setelah terjatuh saat membersihkan debu. Sebagian besar di antara mereka, kata Trimo, menderita patah tulang dan cedera otak. ''Dua di antara delapan pasien itu kini masih menjalani rawat inap,'' ungkapnya.
Mereka adalah Yahman, warga Geger, dan Dadi, warga Morang, Kare. Yahman mengalami colum femur (gangguan di lutut) karena terjatuh saat membersihkan debu di atap teras rumahnya. Sedangkan Dadi mengalami post trauma lubbusakral (gangguan di pinggang). ''Kalau kondisinya terus membaik, mereka bisa segera pulang dan menjalani rawat jalan. Saat ini tim dokter terus memantau kondisi kesehatan mereka,'' kata Trimo.
Dua pasien tersebut kini masih dirawat intensif di ruang trauma. ''Ada kecenderungan kebanyakan korban yang menjalani perawatan berusia di atas lima puluh tahun. Terjatuh memang berbahaya bagi pasien berusia lanjut karena tulang-tulangnya cukup rentan,'' paparnya.
Trimo pun meminta warga agar tidak memaksakan diri saat membersihkan debu sisa erupsi Gunung Kelud. Terutama bagi mereka yang berusia lanjut. Jika mengalami cedera otak atau patah tulang, kata dia, penyembuhannya memakan waktu yang cukup lama. ''Kami minta warga untuk lebih berhati-hati sehingga tidak timbul banyak korban,'' katanya.
Sementara itu, Yahman menyatakan terjatuh dari atap teras rumahnya setelah kakinya menginjak plafon dari asbes. ''Sudah mulai membaik. Mudah-mudahan bisa segera pulang,'' tuturnya.(aan/isd/JPNN/c15/ami)