The Hunger Games: Jokowi 3 Periode?
Oleh: Dhimam Abror DjuraidBerbagai upaya represif dilakukan untuk menghentikan gerakan itu, tetapi sampai sekarang gerakan tetap berlangsung dan bahkan berkembang makin besar.
Ada kesamaan dalam dua gerakan itu. Keduanya sama-sama digerakkan oleh civil society, masyarakat sipil, menghadapi oligarki yang terdiri dari kekuatan militer, politisi, dan pemilik modal.
Dalam menjalankan aksinya para aktivis demokrasi di dua negara itu sama-sama memakai simbol perjuangan tiga jari. Mereka melawan dengan turun ke jalan, dan melakukan perlawanan melalui media sosial.
Di media sosial, tagar #WhatsHappeningInMyanmar digunakan oleh warganet untuk memperlihatkan situasi terkini di Myanmar kepada seluruh dunia. Foto serta video yang beredar, menunjukkan ribuan orang berdemonstrasi, meneriakkan protes, dan aksi brutal aparat yang mencoba membubarkan mereka.
Dalam beberapa foto, terlihat pengunjuk rasa di Myanmar menggunakan gestur salam tiga jari, mengecup jari telunjuk, tengah, dan kelingking, lalu mengangkatnya ke udara. Salam tiga jari disebut menyimbolkan semangat perlawanan sipil, yang menuntut kebebasan serta menentang opresi dari aparat militer.
Melalui media sosial, gestur itu menyebar luas dan menjadi simbol perlawanan serta solidaritas perjuangan demokrasi, yang selalu hadir di setiap aksi unjuk rasa. Simbol tiga jari menjadi sangat populer dan menjadi salam perjuangan di kalangan aktivis dan masyarakat luas.
Salam tiga jari ini diilhami oleh gerakan demokratisasi di Thailand. Beberapa tahun sebelum pergolakan sipil melanda Myanmar, salam tiga jari sudah terlebih dulu muncul di Thailand pada demontrasi sipil 2014.
Gestur tersebut pertama kali muncul saat aksi unjuk rasa menentang kudeta yang dilakukan oleh militer Thailand pada Mei 2014. Setelah kudeta militer, sekelompok kecil pemuda berkumpul di depan pusat perbelanjaan untuk berunjuk rasa.