Tidak Adil, Listrik Dibawa ke Pulau Jawa Semua
jpnn.com - JAKARTA -- Praktisi bisnis manufaktur di Sumatera, Frans Simatupang geram karena listrik di wilayah Sumatera kerap padam. Salah satu yang paling parah pemadaman listriknya ialah di Tanjung Morawa.
"Hampir setiap hari ada pemadaman bergilir di Sumatera Utara. Hal ini bisa ditanyakan langsung kepada masyarakat Tanjung Morawa soal keadaan yang buruk terhadap listrik di Sumatera," jelas Frans, Rabu (1/6).
Frans menjelaskan, pertumbuhan kebutuhan listrik di Sumatera amat tinggi jika dibanding dengan kebutuhan listrik di Jawa. Bahkan, Sumatera mempunyai segala macam bahan mentah energi seperti batu bara. Namun, kondisinya, ironis. Antrean daftar tunggu listrik di Sumatera ini sangat panjang.
"Belum lagi antrean sektor usaha untuk mendaftar sampai berbulan-bulan lamanya," katanya.
Frans makin prihatin membaca berita pekan ini soal pembangkit listrik di Sumsel malah mengaliri listrik lewat high voltage direct current (HDVC) atau kabel bawah laut bertegangan tinggi ke Jawa. Padahal, tegas dia, Jawa sudah mengalami guyuran listrik yang besar dan sudah terinterkoneksi. Jaringannya sudah terintegrasi, sementara Sumatera belum.
"Harusnya dihitung berapa tingkat elektrifikasi di satu wilayah dan bagaimana pertumbuhan atas potensi ekonominya," tegasnya.
Menurut Frans, seringnya pemadaman listrik di wilayah Sumatera membawa kesengsaraan banyak warga di sana. Terlebih lagi menjelang lebaran. Dia mengatakan, warga meminta agar di Sumatera didirikan pembangkit listrik yang hebat seperti di Jawa. “Kita ini sama satu Indonesia, tidak adil dong kalau listrik dibawa ke Pulau Jawa semua," kata Frans.
Karenanya, Frans mendukung PLN jika pembangkit listrik di Sumsel 8, 9, dan 10, mengaliri listrik ke Sumatera, bukan ke Jawa. "Karena menggunakan tenaga batu bara, jangan sampai Sumatera kena sampah CO2, sementara Jawa terang benderang," pungkasnya. (boy/jpnn)