Tidak Minta Upah tapi Kalau Ada yang Memberi Uang Dia Terima
BACA JUGA: Ada Enam Retakan Tanah di Kompleks Makam Raja – Raja Imogiri
“Ini inisiatif warga. Dari dulu pakai gerobak. Ada perahu juga, tapi rusak bagian bawahnya,” ungkap dia saat berbincang dengan Radar Jogja.
Saat keseran Akun tak pernah pakai pelampung. Atau alat keamanan lainnya. Niatnya cuma satu. Ikhlas. Tak minta upah atau imbalan. Hanya kalau ada yang memberi imbalan atau uang dia terima.
Setiap hari, saat banjir, tiap orang bisa tiga hingga lima kali keseran. “Jelas basah wong kami berendam di air. Kalau nggak kuat ya bisa masuk angin,” selorohnya.
Akun sebenarnya sudah bosan dengan banjir. Namun apa boleh buat. Infrastruktur desa belum mendukung. Untuk menahan air luapan sungai. “Semoga tahun depan sudah bebas banjir,” harapnya.
Evi Yuhana, 30, salah seorang yang merasa sangat tertolong oleh warga Gesing. Pagi itu dia bermaksud menjemput kolega di Jogjakarta. Warga Kepil, Wonosobo, itu sudah terbiasa ke Jogja melalui Purworejo. Lewat Jalan Daendels.
Dia sudah mencoba lewat jalur sisi timur di perbatasan provinsi. Macet. Karena banjir. Dia lantas ke barat lewat Jogoboyo. Pun tak bisa. Banjir juga. “Di sini (Gesing) kok ada bapak-bapak menyeberangkan motor pakai gerobak. Tentu saya sangat terbantu,” ujarnya.
Evi tak membayangkan jika harus memutar lewat Pantai Ketawang di wilayah Kecamatan Grabag, Purworejo. Jauhnya bisa berkilo-kilometer. Lewat jalur alternatif Kaligesing pun tak memungkinkan. Medannya terlalu terjal dan berbahaya. Apalagi saat hujan.