Tiga Teori tentang Nasib Jamal Khashoggi di Konsulat Saudi
jpnn.com - Nama Jamal Khashoggi menghiasi seluruh media massa sejak 2 Oktober. Selama lebih dari 10 hari terakhir, dia tenar. Ironisnya, popularitas itu muncul bukan karena prestasi. Melainkan, konspirasi tingkat tinggi yang berujung pada ketiadaannya. Entah meninggal, entah menjadi sandera.
"AS menyimpulkan bahwa Saudi menghabisi kritikus tersebut dan layak disanksi. Saudi membantah tudingan itu, tapi tak punya alasan kuat," ungkap Graeme Wood, jurnalis spesialis Timur Tengah, sebagaimana dilansir The Atlantic Jumat (12/10).
Lantas, apa yang sebenarnya terjadi pada Khashoggi pada 2 Oktober itu?
Setelah masuk gedung Konsulat Saudi di Istanbul, Turki, dia tidak pernah keluar lagi. Yang meninggalkan konsulat sekitar dua jam setelah Khashoggi masuk adalah mobil-mobil berpelat diplomatik. Nasib pria berkacamata itu berubah dalam dua jam.
Jika dia benar dihabisi di gedung yang menjadi kantor perwakilan diplomatik tersebut, aksi macam apa yang bisa merenggut nyawanya sekaligus menghilangkan jejaknya dalam dua jam?
Banyak dugaan muncul. The Atlantic merangkumnya dalam tiga teori terkuat. Pertama, Khashoggi menjadi korban pembunuhan berencana.
Mengapa berencana? Pelaku mengetahui bahwa Khashoggi akan ke konsulat pada 2 Oktober. Informasi itu pasti didapat dari orang dalam. Sebab, pihak konsulatlah yang memerintahkan Khashoggi datang lagi setelah kunjungan perdananya pada akhir September.
Pihak konsulat pula yang menjadwalkan kunjungan Khashoggi pada pukul 13.30 waktu setempat. Sekitar 16 menit sebelum jam yang ditetapkan, mantan pemimpin redaksi Al Watan itu sudah tiba.