Tiga Teori tentang Nasib Jamal Khashoggi di Konsulat Saudi
Tapi, dia masuk gedung tanpa telepon genggamnya. Dia menitipkannya kepada tunangannya, Hatice Cengiz, yang menunggu di luar. Belakangan diketahui, telepon genggam itu terkoneksi dengan jam pintar yang melingkar di pergelangan tangannya.
Jika benar Khashoggi jadi target pembunuhan, MBS jadi tersangka utama. Sangat mungkin, tokoh yang terus-terusan dikritik Khashoggi sejak memerintahkan invasi Yaman pada 2015 itu adalah otak pembunuhan.
Dan, pembunuhan berencana yang dia dalangi tersebut mengadopsi strategi Presiden Rusia Vladimir Putin. Yakni, beraksi dengan meninggalkan jejak.
Dengan meninggalkan jejak, media massa akan menyebarluaskan berita pembunuhan itu. Sambil terus menepis tuduhan, seperti yang dilakukan Saudi saat ini, sesungguhnya pelaku juga sedang mengirimkan teror. Sebuah pesan kuat kepada musuh. "Jangan macam-macam!"
Wood menyebut pembunuhan keji sebagai wajah baru penembakan di siang bolong atau ledakan bom. "Berondongan peluru atau ledakan tidak lagi menjadi pesan yang mengerikan," ujarnya.
Dua teori lain bersumber pada misi awal yang sama. Yakni, gertakan. MBS mungkin hanya ingin membungkam kontributor Washington Post tersebut. Maka, Khashoggi diinterogasi di konsulat pada 2 Oktober itu. Namun, interogasi yang bertujuan menakut-nakuti Khashoggi tersebut berujung fatal.
Teori kedua adalah Khashoggi tidak sengaja mati. Sebab, saat diinterogasi, dia melawan. Mungkin, ada anggota tim Saudi yang ceroboh dan mengakibatkan nyawa Khashoggi melayang. Atau, dosis obat yang diberikan dengan tujuan melemahkan Khashoggi terlalu tinggi. Bisa jadi, jantung Khashoggi tidak kuat dan berhenti berfungsi.
Teori ketiga memberikan peluang bahwa Khashoggi masih hidup. Tidak ada pembunuhan dalam teori tersebut. Sebab, teori itu berisi tentang penculikan. Jika Saudi sukses menculik Khashoggi, saat ini sepupu mendiang Dodi Al Fayed itu pasti mendekam di ruang rahasia milik pemerintah Saudi.