Tiket Pesawat dan Kereta Api Bersiap Naik
Dirjen Perhubungan Udara Kemenhub, Herry Bakti Gumay, mengatakan pihaknya belum bisa mengumumkan berapa besar kenaikan harga tiket pesawat yang disetujui. Masih butuh waktu untuk mengumumkannya. "Kebetulan saya juga baru datang dari luar kota. Perkembangan terbarunya masih harus saya cek di kantor. Tapi ada usulan (dari INACA) ya akan kita perhatikan. Berapa (yang disetujui kenaikan)nya belum tahu," ucapnya kepada Jawa Pos, Kamis (12/12).
Pengamat Industri Penerbangan, Gerry Soejatman, mengatakan pelemahan rupiah memang otomatis meningkatkan beban produksi maskapai. "Dengan pelemahan rupiah seperti sekarang ya mau tidak mau (naik harga). Dari biaya 70 persen (produksi yang menggunakan denominasi USD) itu naik 25 persen. Itu biaya naik net otomatis 12 persenan. Sedangkan biaya rupiahnya juga kena tekanan inflasi. Jadi bersihnya itu ujung-ujungnya dengan asumsi rupiah turun 25 persen maka total cost naik 15 persen sampai 17 persen. Airline kecil bisa kena sampai 20 persen," paparnya, kemarin.
Sebaliknya, harga bahan bakar saat ini di pasaran masih di sekitar USD 110 per barel walaupun sempat turun belum lama ini. Namun harga bahan bakar, menurut Gerry, belum menjadi alasan untuk naik harga sehingga alasan paling utama adalah akibat depresiasi rupiah. "Kalau harga crude oil bertahan ya tetap saja airline butuh naikkan harga tiket. Saya tidak melihat butuh global adjustment selama crude oil tidak jebol ke USD 120 per barel. Jadi efek rupiahnya yang mengharuskan adanya adjustment," pikirnya.
Sejalan dengan maskapai, tiket transportasi darat jenis kereta api juga siap-siap naik. PT Kereta Api Indonesia (KAI) sedang menghitung berapa persentase kenaikannya sambil terus mengamati tren dan potensi pergerakan Rupiah terhadap USD.
Kepala Humas PT KAI, Sugeng Priyono, mengatakan hampir 90 persen dari komponen sarana dalam perkeretaapian dibayar dengan USD. Mulai dari perawatan, suku cadang, dan sejenisnya. "Jadi ya (pelemahan Rupiah) sangat berpengaruh. Patokan kita di awal itu masih Rp 10 ribu (per USD)," ujarnya kepada Jawa Pos, tadi malam.
KAI menargetkan sebelum akhir tahun ini sudah tuntas penghitungannya sehingga bisa diketahui berapa kenaikan harga tiket yang rencananya akan mulai berlaku Januari 2014. "Sementara ini kita masih hitung-hitung dulu. Antisipasi kita sementara ini untuk mengurangi beban ya menunda (belanja) yang tidak perlu. Tapi dengan pertimbangan tidak mengganggu keselamatan, keamanan, dan pelayanan," ulasnya.
Adapun mengenai Public Service Obligation (PSO) yang belu diperoleh oleh PT KAI untuk anggaran tahun depan pengaruhnya hanya kepada tiket kereta ekonomi. Jumlah PSO sebagai mekanisme subsidi kepada tiket kereta ekonomi yang diusulkan KAI sebesar Rp 800 miliar untuk tahun depan. "PSO ini misalnya kita tidak diberi pun tidak masalah. Tapi konsekuensinya tarif kereta ekonomi menjadi normal (tanpa ada potongan yang dibayar subsidi dari pemerintah)," terangnya.(gen)