Timnas Akrab dengan Kartu, Saddil Ramdani Bukan yang Pertama
jpnn.com, YANGON - Penggawa Timnas Indonesia harus belajar banyak untuk memperbaiki mental dan sikap mereka. Itu menyusul kejadian kartu merahnya Saddil Ramdani dalam laga semifinal Piala AFF U-18 kontra Thailand.
Gara-gara Saddil, Timnas U-19 harus main dengan sepuluh orang dan akhirnya kalah adu penalti 2-3.
Kondisi ini sejatinya bukan kali pertama ditunjukkan oleh pemain Timnas. Bisa dikatakan, kartu merah itu tidak perlu didapat andai pemain bisa lebih dewasa, lebih tenang, dan tak mudah terpancing emosi. Alasan Saddil, dia melakukan hal itu karena refleks setelah merasa disakiti lawan.
"Saya pribadi meminta maaf sebesar-besarnya kepada masyarakat Indonesia atas perilaku yang merugikan tim ini. Saya benar-benar refleks karena saya kaget terkena lutut pemain lawan dari belakang," tandasnya.
Sejatinya, Saddil sebagai pemain yang pernah bergabung dengan Timnas Indonesia U-22 untuk SEA Games 2017 bisa bersikap lebih baik dari pemain U-19 lainnya.
Tingkah Saddil yang tiba-tiba menyikut pemain lawan, menghasilkan kartu merah yang tak perlu. Sepanjang keikutsertaan di turnamen resmi Asia, Kualifikasi Piala Asia U-22 dan turnamen Asia Tenggara sebelumnya, yakni SEA Games 2017, Indonesia memang kerap dirugikan kasus serupa.
Sebelum Saddil, ada Hanif Sjahbandi yang menyikut dengan sengaja pemain Vietnam pada kualifikasi grup SEA Games 2017 lalu. Akibatnya, dia langsung dikartu merah wasit. Beruntung, Indonesia tak kebobolan dan bisa menahan imbang Vietnam.
Dalam laga kualifikasi grup SEA Games 2017 melawan Kamboja, pemain Indonesia harus menerima kenyataan tiga pemain tak bisa bermain di semifinal. Penyebabnya, mereka mudah terpancing emosi, ribut dengan pemain lawan dan akhirnya dikartu kuning.