Tinggalkan Jejak Sejarah Kelahiran Pancasila
Syafrudin memerinci, jejak sejarah keberadaan Bung Karno di Ende tersebut berupa taman perenungan, gedung pementasan tonil, tempat diskusi, dan sejumlah lokasi penting lainnya. Memang, selama dalam pengasingan, Bung Karno tidak boleh bepergian jauh. Aktivitas hidupnya dibatasi dalam radius 8 kilometer. Karena itu, ada tempat-tempat yang dulu sering dipakai Bung Karno untuk menghabiskan waktu selama di Ende.
Misalnya, setiap pagi ayahanda Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri tersebut mesti melapor ke markas Belanda. Markas itu berlokasi di sebelah barat rumah pengasingan sang proklamator. Jaraknya sekitar 200 meter dari rumah Bung Karno dan hingga kini masih dimanfaatkan sebagai markas polisi militer.
Setelah wajib lapor, Bung Karno biasanya tidak langsung pulang. Dia mampir dulu ke taman, lalu duduk di bawah pohon sukun di sebelah barat markas Belanda tersebut. Sambil menikmati pemandangan laut yang terpampang di depannya, Bung Karno sering merenungkan berbagai hal di tempat itu. Terutama masa depan republik ini.
Salah satu renungan Bung Karno adalah kondisi sosial masyarakat di Ende. Sebab, ada keunikan yang muncul di permukaan. Yakni perkawinan campur antar pemeluk agama berbeda di daerah tersebut yang sampai sekarang masih terasa. Kawasan pesisir didominasi warga beragama Islam, sedangkan dataran tinggi didominasi warga beragama Katolik.
Nah, pernikahan di Ende tidak memandang perbedaan agama itu. Hebatnya, selama ini tidak pernah muncul konflik sebagai akibat perbedaan agama tersebut. Sebaliknya, agama bisa menjembatani ketika ada warga yang bertikai.
”Yang terpenting adalah kepercayaan bahwa Tuhan itu ada,” tutur Syafrudin.
Hasil perenungan di Ende itulah yang kemudian disampaikan Bung Karno dalam pidato di Kongres Amerika Serikat. Isinya merupakan cikal bakal kelahiran dasar negara Pancasila. Soekarno menyatakan, ada lima prinsip hidup bagi warga Indonesia. Yakni kepercaya kepada Tuhan, nasionalisme, kemasyarakatan, demokrasi, dan keadilan sosial.
”Prinsip-prinsip itulah yang lalu disempurnakan menjadi dasar negara kita, Pancasila,” jelas Syafrudin.