Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

Tingkat Kebahagiaan Anak Muda Aborigin Rendah

Rabu, 07 September 2016 – 12:00 WIB
Tingkat Kebahagiaan Anak Muda Aborigin Rendah - JPNN.COM
Tingkat Kebahagiaan Anak Muda Aborigin Rendah

Anak-anak muda dari suku Aborigin dan Torres Strait Island memiliki tingkat kebahagiaan yang lebih rendah dibandingkan mereka yang bukan berasal dari suku Aborigin Australia. Survei terbaru menemukan 10 persen menilai tingkat kebahagiaan mereka nol dari angka tertinggi 10.

Survei dilakukan yayasan Mission Australia Youth kepada 18.727 orang, 1.162 di antaranya adalah suku Aborigin dan / atau Torres Strait Island.

Anak-anak muda yang pria lebih memilih angka yang sangat rendah dari kebahagiaan, meskipun hampir lima persen dari perempuan juga memilih skor rendah. Sebaliknya, hanya 1,2 persen dari pria dan wanita non-pribumi memilih skor rendah untuk kebahagiaan.
Hasil survei menggambarkan apa yang sudah kita ketahui soal kesulitan suku Aborgin.
Penelitian global bulan lalu menemukan pria Aborigin memiliki tingkat bunuh diri tertinggi di dunia.
Mission Australia Youth mendapatkan temuan suku Aborigin menderita tekanan psikologis dua kali lipat tingkat dibandingkan mereka yang bukan suku Aborigin, dan mereka lebih mungkin dirawat di rumah sakit karena menyakiti diri sendiri juga.

Hasil Survei Menyoroti 'perasaan putus asa'

Tom Calma, mantan komisaris Social Justice Commisioner, yang kini bekerja sebagai kanselir dari University of Canberra mengatakan temuan survei yang mengecewakan, tapi tidak mengejutkan.
"Ini benar-benar menyoroti seluruh kekhawatiran tentang keputusasaan, dan mereka [anak muda penduduk asli benua Australia] tidak dapat membangun masa depan jika mereka tidak bahagia," katanya kepada Program Hack di Triple J Radio milik ABC.

Mereka merasa tidak berdaya, mereka tidak merasa orang-orang mendengarkan mereka. Ini yang harus kita ubah."

Laporan Mission Australia Youth menyoroti target-target dari proyek Closing the Gap yang sudah dijalankan selama beberapa tahun. Misalnya, anak-anak Aborigin jarang masuk ke preschool, menyelesaikan kelas 12 dan jarang mencari pekerjaan dibandingkan warga Australia lainnya.
Mereka juga lebih mungkin tidak memiliki rumah tinggal dibandingkan orang-orang non-Aborigin.
Hanya lebih satu dari tiga orang telah berpindah-pindah atau menghabiskan waktu di rumah karena tidak bisa kembali. Sekitar 15 persen berasal dari keluarga menganggur. Sebaliknya, satu dari delapan anak muda yang bukan Aborigin menghabiskan waktu jauh dari rumah, dan hanya 3,5 persen berasal dari keluarga yang 'tidak memiliki pekerjaan'.

Hasil dikaitkan dengan trauma antargenerasi

Survei menyebutkan banyak siklus merugikan dari konsep trauma antar generasi, baik dampak fisik dan psikologi akibat trauma pada perkembangan anak yang turun temurun.

Misalnya, kekerasan fisik terhadap seorang perempuan hamil dapat berdampak pada perkembangan otak bayi. Dan kecurigaan dari pihak berwenang karena adanya anak-anak yang diculik, seperti dalam Generasi yang Hilang, dapat membuat para orang tua semakin kecil kemungkinannya untuk menyekolahkan anak-anaknya ke sekolah atau membawanya ke rumah sakit, menambah daftar kerugian.

Anak-anak muda dari suku Aborigin dan Torres Strait Island memiliki tingkat kebahagiaan yang lebih rendah dibandingkan mereka yang bukan berasal

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

X Close