Tips dari Bos HAUS! Supaya UMKM Bisa Naik Kelas
Bagi UMKM, kata dia, memanfaatkan saluran teknologi termasuk e-commerce merupakan suatu keharusan.
“Setelah Tuku, muncul brand toko lainnya. Artinya, saya harus belajar mengenai industri minuman grab and go. Sejak ada online delivery, pertumbuhan luar biasa. Saya pelajari market minuman kekinian dari China. Bahkan ada brand kopi dari Tiongkok yang mampu IPO (initial public offering) di Nasdaq di Amerika Serikat,” katanya.
Dia mengatakan ada yang menarik dari hasil riset pasar Tiongkok, di mana industri minuman bubble tea lebih besar daripada kopi. Di Indonesia pada 2015 yang sedang tren adalah kopi susu.
Alasannya, anak muda lebih suka minuman manis, sementara kopi lebih digemari orang dewasa.
“Saya pelajari seperti apa market Indonesia. Setelah itu, saya memutuskan masuk ke kategori boba (bubble tea). Karena modal terbatas, saya mulai dari kelas menengah ke bawah. Sekitar 45 persen penduduk Indonesia justru menengah ke bawah, tapi daya beli tidak sebaik menengah ke atas,” tambahnya.
Untuk itu, Gufron menyarankan UMKM yang ingin naik kelas bisa mulai dengan menyasar pasar menengah ke bawah karena belanja modal yang lebih kecil dibandingkan langsung ke pasar kelas menengah ke atas.
Pasalnya, kelas menengah ke atas sangat menuntut branding, kebersihan, dan lokasi yang luas sehingga butuh biaya yang lebih besar.
Toko pertama HAUS!, katanya, berlokasi di daerah Kemanggisan, di dekat kampus Binus dengan luas hanya 4x3 meter. Biaya sewa saat itu hanya Rp 4 juta sebulan atau setara dengan Rp 48 juta sebulan.