Toiletnya Mewah Seperti yang Ada di Hotel Bintang Lima
Ruang check in juga terbentang memanjang, loket yang disiapkan sebanyak maskapai yang membuka pelayanan penerbangan di Bandara DEO. Beberapa penumpang tampak sedang check in di loket yang ada.
Setelah dari ruang check in, penumpang akan naik ke ruang tunggu. Untuk menuju ruang tunggu diberi dua pilihan tangga, yakni salah satunya tangga manual. Sebelum masuk ruang tunggu, penumpang juga masih harus memeriksakan barang bawaanya melalui x-ray.
Nah, ini yang unik. Berbeda dengan bandara lain, di bandara ini semua ruangan dilengkapi dengan toilet. Seperti di ruang keberangkatan tepat di depan tangga naik. Di ruang tunggu yang juga dilengkapi dua tempat untuk toilet, di masing-masing tempat terbagi atas toilet untuk laki-laki dan toilet perempuan, serta satu toilet untuk orang sakit yang harus menggunakan kursi roda.
Toilet juga disiapkan di ruang kedatangan, untuk posisinya juga sama yakni satu tempat untuk laki-laki, untuk perempuan dan bagian tengah toilet untuk orang sakit yang menggunakan kursi roda. Termasuk di bagian luar terminal yang juga disiapkan toilet. Toilet itu disiapkan di samping kiri terminal kedatangan.
Selain fasilitas pelayanan yang semewah terminal internasional. Bangunan anyar yang masih tercium aroma cat itu juga dilengkapi toilet mewah. Di masing-masing tempat seperti di toilet laki-laki terdapat beberapa unit. Toilet itu juga terlihat mewah, semewah toilet di hotel bintang lima. Kebersihannya terjaga dan pengoperasionalannya juga sudah menggunakan sensor.
Kemewahan toilet sekelas hotel bintang lima mengimbangi mewahnya fasilitas pelayanan penerbangan yang disiapkan. Seperti dua unit mesin x-ray di pintu masuk yang juga baru, dan dua tangga eskalator untuk penumpang yang akan naik di ruang tunggu, mau pun penumpang yang akan turun ke ruang kedatangan.
“Semua fasilitasnya baru, tidak ada fasilitas lama yang digunakan lagi di sini, untuk x-ray memang disiapkan dua, guna mempercepat pemeriksaan, tapi untuk sementara baru satu yang digunakan,” ujar Paryono. (andre p siregar/adk/jpnn)