Tokoh Tionghoa Kompak Dukung Gagasan Kiai Ma'ruf
Hal itu ditujukan untuk menepis banyaknya prasangka buruk yang beredar dan berpotensi memecah persatuan nasional.
"Jangan sampai ada kecurigaan, ada prasangka, ada praduga yang tidak tepat dan membuat kesalahpahaman," ungkap cicit ulama besar Syekh Nawawi Al Bantani itu.
Terkait gagasan besar Kiai Ma'ruf itu, Budi berharap, dapat terlaksana dan akan menjadi "gong pertama" yang kemudian menjadi agenda berkelanjutan.
Di dalamnya melibatkan semua pihak, baik dari unsur agama, etnis, organisasi, dan pemerintah yang semuanya sepakat bahwa Indonesia adalah negara yang beraneka warna dalam bingkai Bhineka Tunggal Ika.
"Rembuk nasional, dialog nasional ini diharapkan bukan rembuk yang sifatnya sekali lalu sudah tidak ada lagi. Tapi sebagai awal yang kemudian berkelanjutan," tuturnya.
"Nah, ajakan dari orang yang sama-sama mencintai Indonesia di situ kami sambut dengan baik. Mungkin awalnya dialog, dari dialog tersebut mungkin muncul gagasan lebih lanjut, kemudian menjadi saling silaturahmi, dan silaturahmi ini memang kegiatan yang harus rutin dilakukan," tutur Budi.
"Saya ibaratkan rumah, rumah itu dibangun baru, nggak usah ditempatin, didemin saja juga rusak. Berarti kan harus dirawat, harus diperbaiki terus. Demikian juga silaturahmi, harus dibangun terus berkelanjutan," pungkasnya. (jos/jpnn)