Tolong, Terumbu Karang di Pulau Cantik Rusak Berat
jpnn.com - MADURA - Pemkab Sumenep dan warganya harus memberi perhatian khusus terhadap kelestarian lingkungan. Terutama perhatian pada lingkungan laut yang dinilai minim saat ini.
Pasalnya, saat ini banyak terumbu karang yang rusak di beberapa lokasi. Namun, itu terkesan dibiarkan. Akibatnya, ekosistem yang bisa menjaga stabilitas organisme laut itu mati. Aktivis Gerakan Pemuda (GP) Maritim Slamet Budiarto menyatakan, rusaknya terumbu karang ditemui di Gili Labak dan pulau-pulau lain.
Hal itu ditemukan ketika GP Maritim melakukan inventarisasi beberapa waktu lalu. Lokasi pertama yang diselami adalah Pulau Gili Labak. ''Banyak terumbu karang yang rusak karena terinjak wisatawan,'' katanya.
Parahnya, di sekitar koral tersebut banyak sampah plastik yang berserakan. Efeknya, secara perlahan hewan karang yang bersimbiosis dengan alga itu mati.
''Kalau karang-karang mati, wisata diving tidak menarik lagi,'' ungkapnya.
Jika Gili Labak dijadikan wisata diving, terumbu karang seharusnya dilindungi. Penyelam yang tidak berpengalaman tidak boleh dibiarkan menginjak-injak karang.
Dengan demikian, perlu ada pelatihan sebelum menyelam. Untuk menyelam, dibutuhkan keahlian khusus yang mencegah rusaknya terumbu karang. Lokasi lain yang juga sempat diinventarisasi adalah perairan Pulau Paliat, Sapeken. Kondisi karang di pulau tersebut juga rusak.
Hanya, kerusakan bukan karena diinjak penyelam. Namun, bom ikan yang mungkin terjadi beberapa tahun lalu. Akibatnya, karang-karang itu mati dan tidak tumbuh lagi.
''Terumbu karang pertumbuhannya sangat lamban. Jadi, harus betul-betul dijaga,'' ucap Slamet.
Setelah melihat kerusakan-kerusakan tersebut, Slamet meminta pemkab memberikan perhatian yang lebih terhadap terumbu karang. Banyak langkah yang bisa dilakukan. Di antaranya, rehabilitasi dan penanaman kembali terumbu karang.
''Terumbu karang menyeimbangkan ekosistem laut. Secara ekonomi, terumbu karang bermanfaat untuk pengembangan wisata,'' ujarnya.
Sementara itu, Kepala Badan Lingkungan Hidup (BLH) Sumenep M. Syahrial menuturkan, program rehabilitasi terumbu karang memang ada. Pelaksanaannya harus disesuaikan dengan anggaran.