Tomas & Pengasuh Pesantren se-Pulau Bawean Deklarasikan Gus Muhaimin Presiden 2024
“Pantas ketika Indonesia mengproklamirkan kemerdekaan yang mengusung konsep kebangsaan mayoritas para kiai. Cuma setelah merdeka, posisi para kiai dan santri yang berjuang, justru ditinggalkan, utamanya di awal-awal periode kemerdekaan,” tuturnya.
Pada era Orde Baru, kata Gus Jazil, keberadaan ulama juga hanya dimanfaatkan, namun tidak banyak diberikan peran. Baru ketika era Reformasi, seorang santri yang juga ulama besar bisa menduduki jabatan Presiden.
”Ketika reformasi hadir, muncul sosok KH Abdurrahman Wahid menjadi Presiden dari kalangan santri, ketua umum PBNU. Sejak saat itu, kita semua sebagai santri, warga NU, tidak usah takut-takut menjadi Presiden karena kita punya nasab sebagai presiden,” tuturnya.
Gus Jazil mengatakan, santri punya peluang menjadi presiden, namun kadang para santri kurang memiliki kepercayaan diri mampu mengelola Republik Indobesia, takut untuk menjadi Presiden. Padahal santri terbukti pernah dan mampu sebagai Presiden.
“Keluarga pesantren memiliki jasa atas lahirnya bangsa ini maka anak cucu bapak semua, para pengasuh pesantren, tidak usah takut menjadi pemimpin di negeri ini,” ujar ketua umum Ikatan Alumni Perguruan Tinggi Ilmu Alquran (PTIQ) Jakarta ini.
Lebih lanjut, Gus Jazil mengatakan di negeri yang mayoritas muslim masa mencalonkan kadernya sebagai presiden saja takut. Umat Islam Indonesia memimpin umat Islam dunia.
“Itu bisa terjadi kalau presidennya dari kalangan santri,” ujar Gus Jazil yang Wakil Ketua MPR RI ini
Dia menyebut agar kiprah politik para santri di negeri ini mendapatkan posisi terbaik maka PKB harus menang pilpres sekaligus legislatif.