Transformasi Perpusnas Berbasis Inklusi Sosial Topang Ekonomi di Masa Pandemi Covid-19
jpnn.com, JAKARTA - Transformasi layanan dari Perpustakaan Nasional (Perpusnas) berbasis inklusi sosial dinilai mampu menjawab kekhawatiran masyarakat di situasi pandemi Covid-19 ini.
Dengan melibatkan peran aktif masyarakat lewat bermacam aktivitas transformasi pengetahuan (transfer knowledge), seperti pelatihan, tutorial, dan pendampingan kegiatan yang memiliki nilai ekonomis, maka akan berdampak pada kesejahteraannya.
"Program ini merupakan konsep yang revolusioner. Sebuah peran yang kini dimainkan perpustakaan untuk menciptakan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang berdaya saing," kata Kepala Perpustakaan Nasional, Muhammad Syarif Bando di Jakarta, Senin (14/12).
Menurut Syarif, ilmu-ilmu yang ada di perpustakaan dibagikan kepada masyarakat luas, termasuk golongan termarginalkan yang selama ini merasa tidak lagi mendapat hak pendidikan karena masalah sosial dan ekonominya.
Dikatakan, Perpusnas memberikan pendampingan pilihan ekonomi sesuai keinginan masyarakat. Kemudian mencarikan informasi agar bisa dipraktikkan, mau berlatih hingga akhirnya mampu membangun usaha mikro sekelas home industry.
"Mereka bisa bangkit dengan mengembangkan usaha sendiri baik satu bahkan dua yang selama ini tidak dibayangkan. Jadi kami tak sekadar mengajari membaca, tetapi bisa bertransformasi dan membuka usaha. Mulai supplier ikan lele, bebek, pengolahan kopi, dan lainnya yang berasal dari alam maupun buatan," jelas Syarif Bando.
Menurut Syarif, peran perpustakaan dalam membentuk manusia unggul bersumber pada kedalaman pengetahuan yang dimiliki atau literasi. Literasi yang diperoleh dari keaktifan membaca bukan teks tetapi sudah mampu memahami konteks.
"SDM unggul dan berdaya saing adalah keberhasilan dari produk literasi sehingga seseorang bisa menciptakan lapangan kerja sendiri dan meminimalisir pengangguran," tandasnya.