Trimedya: Jika SBY Ada Bukti, Kenapa Tak Ditangkap?
Jumat, 17 Juli 2009 – 19:33 WIB
Yusron mencermati, bahwa kasus meledaknya bom di dua hotel yang letaknya berdekatan dan dalam waktu yang relatif bersamaan itu, mengindikasikan bahwa fungsi intelijen dalam hal ini BIN dan kepolisian (Densus 88), tidak bekerja secara efektif. "Kedua institusi yang paling bertanggung jawab itu tidak mampu menjalankan fungsinya dengan baik. Seharusnya, BIN bisa bekerjasama dengan Densus 88 dalam memberikan informasi awal. Tetapi pada kenyataannya, mereka bekerja dengan sendiri-sendiri," katanya.
Namun, Yusron juga bisa memaklumi berbagai kendala yang dimiliki BIN. "Dalam kasus ini, saya tidak bermaksud memojokkan BIN, mengingat beban tugasnya sangat berat sementara sarana dan prasarana sangat terbatas, serta tidak adanya wewenang BIN untuk penyadapan. Akibatnya, kerja BIN menjadi terhalang," ujarnya.
Berbeda dengan Trimedya dan Yusron, anggota Komisi I DPR Effendi Choire, menduga bahwa terjadinya ledakan di dua hotel yang mayoritas dikunjungi oleh warga negara asing tersebut, tidak terlepas dari adanya konspirasi luar dan dalam negeri untuk menghancurkan nama cawapres Prabowo Subiyanto. "Tidak ada satu alasan pun yang menyebabkan teroris beraksi kembali. Persoalan yang ada, hanya menyangkut masalah pilpres dan KPU, di mana Prabowo menjadi sosok yang paling bersikukuh mempersoalkan kecurangan dalam pilpres tersebut," tutur Effendi.