Trump Minta Israel Ikut Campur Konflik di Venezuela
jpnn.com, YERUSALEM - Donald Trump berusaha menyeret Israel ke dalam pusaran konflik kekuasaan di Venezuela. Secara terbuka presiden Amerika Serikat itu menyerukan Tel Aviv untuk mendukung kubu oposisi pimpinan Juan Guaido.
Namun, dilansir dari The Times of Israel, pemerintah PM Benjamin Netanyahu tampaknya belum mau mengambil tindakan. Israel menunda langkah-langkah mereka karena khawatir keselamatan komunitas Yahudi di Venezuela.
Para pejabat Kementerian Luar Negeri Israel akan bertemu di Yerusalem pada Minggu (27/1). Mereka akan membahas persoalan tersebut dan menyusun rekomendasi untuk Netanyahu.
Venezuela pernah menjadi rumah bagi sekitar 25 ribu Yahudi. Kini hanya tersisa sekitar 6.000 orang Yahudi diyakini di negara itu. Eksodus besar-besaran terjadi sejak 2009, ketika presiden kala itu, Hugo Chavez memutus hubungan diplomatik dengan Israel. Kebijakan tersebut membuat sentimen antisemit meningkat di Venezuela.
Seperti diketahui, AS telah mendorong masyarakat internasional untuk mendukung pemecatan Maduro. Di PBB, Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo mendesak semua negara untuk mengakhiri mimpi buruk Venezuela dan mendukung Guaido.
"Sekarang adalah waktunya bagi setiap warga negara lain untuk memilih satu pihak," ujar Pompeo mengatakan kepada Dewan Keamanan PBB.
“Tidak ada lagi penundaan, tidak ada lagi permainan. Entah Anda berdiri dengan kekuatan kebebasan, atau Anda bersekutu dengan Maduro dan kekacauannya," sambungnya.
Sementara Prancis dan Inggris bersama Spanyol dan Jerman mulai memberi ancaman kepada Maduro. Apabila Venezuela tidak menggelar pemilihan presiden baru dalam waktu delapan hari, maka mereka akan mengikuti AS mengakui Guaido sebagai presiden.