Uang Cepat Lusuh karena Disimpan di Dalam Koteka
Menurut Asromy, yang membuat uang-uang tersebut lusuh sebetulnya tak jauh-jauh dari kebiasaan masyarakat setempat. Salah satunya cara menyimpan. Pria berkacamata itu menerangkan, masih banyak masyarakat yang tidak memiliki dompet sehingga uang langsung ditaruh sembarangan di saku celana.
Barulah sebelum mereka membeli sesuatu, uang-uang tersebut kembali dirapikan. Padahal, kondisinya sudah kucel. Begitu pula kebiasaan masyarakat yang mengunyah pinang. Lembaran uang sering terkena noda cokelat kemerahan karena pinang yang tak bisa dihilangkan.
”Bahkan, di Wamena masih banyak masyarakat yang menyimpan uang di koteka. Jadi, uang dibikin bulat-bulat, lalu dimasukkan koteka,” ujarnya, lantas tergelak.
Koteka merupakan pakaian khas yang dikenakan masyarakat pribumi di pegunungan tengah Papua. Terbuat dari bobbe –begitu warga Mee di Kabupaten Paniai, Dogiay, dan Nabira menyebut–, yakni kulit buah seperti labu tua. Kegunaannya sangat unik, yakni menutup alat kelamin pria di Papua.
Meski demikian, Asromymengklaim, uang-uang lusuh sudah mulai berkurang. Sebab, sedikit demi sedikit masyarakat sudah mengenal bank.
”Bank di pulau terpencil seperti ini harus telaten untuk memberi edukasi cara menyimpan uang yang benar. Jadi, kalau setor ke bank, uangnya ditata rapi, tidak boleh sembarangan acak-acakan,” paparnya.
Melihat realitas itu, Bank Indonesia (BI) sebagai otoritas rupiah setiap tahun mengedarkan uang baru di pulau-pulau terluar di Indonesia. Biasanya, kegiatan tersebut dilaksanakan sebelum bulan puasa dan Lebaran.
Sebab, kebutuhan uang baru pada momen itu cenderung melonjak. Sekalian BI menaruh sebagian uang baru di bank untuk cadangan permintaan pada Natal maupun tahun baru.