Uang Cepat Lusuh karena Disimpan di Dalam Koteka
Kali ini BI mengunjungi Waisai dalam rangkaian Ekspedisi Bhakti Kesra Nusantara (Bhakesra) IV 2014. Terbagi menjadi dua tim, tim I bertolak dari Jakarta dengan menggunakan KRI Banjarmasin (592) ke Pulau Buton dan Pulau Obi (Laiwui) di Pulau Halmahera, Kepulauan Maluku.
Lantas, tim II dengan kapal yang sama bertugas mengedarkan uang di Sorong dan Waisai. Tahun ini total modal awal pengedaran uang BI mencapai Rp 10 miliar atau lebih besar jika dibandingkan dengan tahun lalu di Pulau Mentawai yang sebesar Rp 6 miliar.
Mengangkut miliaran uang dari ibu kota dengan kapal tentu saja bukan tugas ringan. Uang-uang baru itu dimasukkan ke boks tebal yang terbuat dari aluminium. Lantas, tumpukan boks tersebut diletakkan di bungker khusus dalam kapal yang juga menjadi pendukung operasi amfibi itu.
Penjagaan anggota TNI yang membawa senjata di depan pintu bungker juga tak berhenti. Mereka selalu berjaga bergantian setiap hari. ”Senjata di kapal ini kami isi amunisi penuh. Menjaga kalau di tengah jalan ada pembajakan atau kejahatan lainnya,” ungkap salah seorang awak kapal di ruang nakhoda.
Manajer Departemen Pengedaran Uang BI sekaligus Ketua Tim II Handi Wijaya mengatakan, hasil penukaran uang tim I di Pulau Obi dan Pulau Buton di masyarakat serta perbankan mencapai Rp 3,7 miliar. Sementara Rp 4,87 miliar berhasil ditukarkan di Sorong oleh tim II. Untuk Waisai, modal awal penukaran uang BI sebesar Rp 250 juta. Sisanya, Rp 245 juta, digunakan untuk penukaran relawan Bhakesra dan awak kapal KRI Banjarmasin.
Handi menerangkan, paling banyak masyarakat menukarkan uang kecil seperti pecahan Rp 1.000, Rp 5.000, Rp 10.000, dan Rp 20.000. Kebutuhan penukaran uang itu sudah diasumsikan dari jumlah penduduk dan seberapa besar kegiatan ekonomi di pulau-pulau tersebut.
Di Waisai, BI berhasil menjaring uang-uang lusuh dan rusak sampai Rp 80 juta. Termasuk uang milik Nursiyah dan Wawan. Uang Nursiyah hanya dapat diganti Rp 44 ribu dari awalnya Rp 48 ribu. Sebab, dua pecahan Rp 2.000 milik Nursiyah sudah sobek dan tak ada pasangannya. BI hanya mengganti uang yang tingkat keutuhannya mencapai 2/3 atau 75 persen. ”Kebanyakan yang ditukar uang lusuh, rusak, dan tidak layak lagi. Tujuan kami menarik memang itu. Nanti di Jakarta, uang lusuh itu dihitung lagi, lalu dihancurkan,” terang Handi.
Bukan hanya uang rusak, masyarakat juga masih menyimpan banyak uang lama tak layak edar yang seharusnya sudah ditarik. Masyarakat masih menyimpan uang-uang tersebut karena takut tidak diterima oleh bank. Karena itu, mereka menyimpannya secara konvensional di rumah.