Uji Coba Sukses, Dapat Order untuk Demo di Depan Presiden
Rabu, 31 Maret 2010 – 07:25 WIB
Atas kepiawaiannya dalam pembuatan bom, Ricky pernah diundang dua kali oleh Tentara Udara Diraja Malaysia (TUDM). Bahkan, Malaysia memesan 1.000 unit P-100 L dan P-100. Bom tersebut akan digunakan untuk latihan pengeboman 18 unit pesawat Sukhoi milik Malaysia.Selama ini, Sukhoi milik negeri jiran itu menggunakan dropped bomb jenis OFAB-50 buatan Rusia saat latihan. Tapi, bom tersebut tidak punya jenis latih. Semua bisa meledak. Malaysia, tampaknya, berhitung soal mahalnya biaya latihan bila terus-menerus menggunakan OFAB-100-120. "Kalau dibanding biaya membeli bom latih ini, harganya satu banding lima," beber putra purnawirawan TNI-AL tersebut.
Profesi perancang sekaligus pembuat bom dilakoni Ricky penuh liku. Banyak dinamika yang mewarnai perjalanan pria kelahiran Surabaya 50 tahun lalu tersebut. Itu bermula saat Ricky lulus kuliah dari Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya, Malang, 1985.Saat itu, Ricky muda tak kunjung mendapat pekerjaan. Dia pun memutuskan berwirausaha dan mendirikan CV Sari Bahari yang bergerak dalam bidang perdagangan umum. Pada 1987, oleh salah seorang kenalannya, dia diajak mendaftar menjadi rekanan PT Pindad di Turen, Malang.
Awalnya, Ricky tidak memasok barang yang terkait dengan peluru, persenjataan, atau peralatan teknik. Dia justru menyuplai barang-barang kebutuhan rumah tangga seperti kain pel, sapu, serta kayu untuk palet (alas barang).Aktivitas seperti itu dilakoni selama lebih dari lima tahun. "Memasok barang itu juga melalui tender, Mas. Kadang dapat, kadang tidak," ucap penggemar film kartun Tom & Jerry tersebut.