Uji Coba Sukses, Dapat Order untuk Demo di Depan Presiden
Rabu, 31 Maret 2010 – 07:25 WIB
Dari perbincangan itulah, dia mulai tahu banyak tentang seluk-beluk senjata, peluru, serta peralatan militer. Berbekal banyak kenalan dan pengetahuan otodidak tersebut, Ricky lantas mencoba menjadi importer bagi Pindad.
Awalnya, dia menjadi importer khusus barang-barang teknik yang berhubungan dengan mesin persenjataan. "Setiap saat saya di sana (Pindad) dan kenalannya orang-orang militer. Mindset saya akhirnya juga tidak jauh dari senjata," tutur bapak tiga anak tersebut.Usaha impornya makin berkembang. Dalam perjalanan, bukan hanya Pindad yang menjadi klien Ricky. Dia juga menjadi rekanan beberapa perusahaan yang masuk kategori BUMNIS. Barang-barang yang diimpor pun tak hanya berhubungan dengan persenjataan. Ada pula kunci mesin, alat ukur, mesin bubut, serta mesin lain.
Kenalan Ricky juga bertambah. Bahkan, dia akhirnya menjadi subdistributor perusahaan distribusi alat teknik milik salah seorang keluarga mantan Presiden B.J. Habibie. Dari aktivitas itulah, penghobi segala jenis olahraga tersebut berkesempatan pergi ke Jerman. Saat itulah Ricky menyadari bahwa persenjataan di dalam negeri harus mulai diproduksi. Sebab, semua potensi bahan dan kemampuan ada. Persenjataan tidak harus selalu diimpor. Dia pun sempat mengikuti kursus persenjataan saat di Jerman. "Saat itu, saya berpikir, mosok ngene ae gak iso nggawe (hanya begini kok tidak bisa membuat)," tegasnya.