Uji Coba Sukses, Dapat Order untuk Demo di Depan Presiden
Rabu, 31 Maret 2010 – 07:25 WIB
Pada 2007, masih bersama Dislitbang TNI-AU, dia membuat bom latih untuk jet tempur Sukhoi 27/30. Bentuk jadinya dinamai P-100. Artinya, pengebom dengan berat 100 kilogram. "Setelah beberapa kali percobaan, akhirnya sukses. Produksi P-100 saat ini menggunakan modal sendiri," tutur Ricky. Kini, bom P-100 versi latih digunakan para penerbang enam pesawat tempur Sukhoi milik TNI. Sebagai informasi, sejak dibeli TNI-AU pada 2003, enam Sukhoi itu tidak pernah dipersenjatai karena keterbatasan anggaran pertahanan. "P-100 ini kan awal. Kalau Tiongkok bisa, mengapa kita tidak bisa," ujarnya.
Dalam waktu dekat, generasi P-100 dikembangkan. Dia punya konsep untuk membuat dropped bomb yang pintar. Yang dimaksud adalah sebuah bom P-100 (L) yang bisa menemukan sasaran sendiri. Konsekuensinya, saat penembakan, ketinggian pesawat harus berada di atas 9.000 feet (2.743 meter).Bahan dasar smart bomb itu sama dengan P-100 (L). Besi nodular yang diolah sendiri dari bijih besi dan baja VCN bisa dibeli dari industri baja dalam negeri. Alat GPS (global positioning system) pun mudah didapat.
"Dropped bomb masih punya keunggulan dibanding misil (peluru kendali). Yakni, tidak ada panas yang bisa dideteksi radar. Kalau dropped bomb-nya pintar, untuk mengebom ke sasaran, pesawat tak usah masuk ke daerah lawan. Tahu-tahu bomnya datang ke sasaran," kata penggiat Komunitas Anak Kolong tersebut.Selain menyiapkan smart bomb, penggemar otomotif itu sudah membuat roket kaliber 2,75 inci yang dinamai folding fin rocket cal 2,75 inch. Bahan-bahan roket juga terdapat di dalam negeri. Tabung roket dibuat dari campuran beberapa jenis besi. Termasuk, fin (ekor atau penyeimbang) bisa dirancang di dalam negeri. Roket tersebut telah diuji coba ground to ground (darat ke darat) dengan daya jelajah 8 kilometer.