UMK Kota Batam Paling Tinggi di Asean
jpnn.com, BATAM - Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Kepri, Ir Cahya mengatakan, Pulau Batam sebagai tujuan investasi benar-benar tidak menarik lagi sekarang.
Hal itu disebabkan, selain perizinan yang semakin sulit, birokrasi yang berbelit-belit, kini upah minimum kota (UMK) Batam paling tinggi dibanding negara-negara Asean, kecuali Singapura dan Brunei.
Bahkan Cahya mengatakan Batam sudah tidak punya kekhususan lagi.
Ditambah statemen-statemen petinggi Batam yang sering membuat kegaduhan dan kekisruhan hingga pembagian kewenangan antara Badan Pengusahaan (BP) dan Pemerintah Kota (Pemko) yang tak jelas, membuat kondisi Batam semakin dijauhi investor.
''Kini kami benar-benar dilanda kegelisahan. Setiap hari saya menerima puluhan telepon bernada pesimis dan kekecewaan dengan kondisi ekonomi di Batam. Kami seolah lagi putus asa. Tidak mengerti harus berbuat apa dan harus mengadu kemana lagi. Satu-satunya hanya kepada Tuhan kami mengadu,'' ungkapnya.
Cahya menuturkan, di tengah persaingan ekonomi global, seharusnya Batam segera berbenah dan mempercantik diri untuk menarik investor. Tapi kenyataannya malah larut dalam kegaduhan dan saling tuding, saling menyalahkan.
''Kapan kita kerjanya. Sedih melihat ini semua,'' ujarnya kepada Batam Pos, Rabu kemarin.
Belum lagi, sambungnya, nilai UMK yang semakin tinggi dan tidak kompetitif lagi di kalangan negara Asean.