Unik! Begini Cara Aktivis Perempuan Memperingati IWD 2022
Menurut Nury, dari penelusuran nya selama bertahun-tahun ke beberapa provinsi, hampir semua daerah memiliki model tutup kepala dengan makna dan filosofi yang indah,
"Perempuan memakai tudung untuk bekerja kebun, membantu masyarakat, atau pergi ke pernikahan. Jadi, tutup kepala sebagai bentuk kesahajaan selain juga kedaulatan," paparnya.
Dalam kebudayaan masyarakat Nusantara, penutup kepala memiliki ragam bentuk dan nama serta cara pemakainnya.
Kerudung, kudung, tudung, tengkuluk, kuluk, tingkuluak, saong, bulang, passapu, tukus, pote, pa’lullung, tatupung dan jong adalah nama-nama penutup kepala perempuan di tanah air.
Sejarah mencatat Tengkuluk atau Kuluk di Jambi sudah ada sejak abad ketujuh atau sejak kerajaan Melayu. Dalam budaya Minangkabau, penutup kepala disebut ‘tikuluak’ atau ‘tingkuluak’ dengan beragam bentuk dan gaya penggunaan sesuai daerahnya.
Bukan hanya sebagai busana, di ranah Minang ada makna kuasa perempuan yang disampaikan secara simbolis dari penutup kepala mereka.
Selain warna-warna yang beragam, pada wastra juga bisa belajar tentang keberlanjutan kehidupan di masa depan, komitmen merawat alam, ketekunan, dan keteladanan.
Dari sejarahnya tenun dibuat dari benang kapas, pewarnaan dari bahan-bahan alam seperti kulit akar mengkudu, serbuk kayu nangka, daun nila, kulit kelapa, daun mangga, kunyit, cabe, dan banyak lagi tanaman yang memberikan warna yang indah pada setiap lembar kain. (jlo/jpnn)