Universitas PGRI Semarang Dukung Pengembangan Desa Wisata
jpnn.com, SEMARANG - Universitas-universitas di Indonesia tak mau ketinggalan memajukan sektor pariwisata di tanah air. Terbaru, mahasiswa dan mahasiswi Universitas PGRI Semarang (UPGRIS) turun langsung membantu warga Desa Sepakung, Kecamatan Banyubiru, Kabupaten Semarang.
Mereka melakukannya dalam program kuliah kerja nyata (KKN) yang berlangsung selama 1,5 bulan. Koordinator KKN Kabul Nurrachman mengatakan, kegiatan itu diikuti 38 mahasiswa dan mahasiswi dari delapan jurusan.
"Jadi, selama 1,5 bulan di Sepakung, kami memberikan pelatihan adminitrasi hingga keterampilan sesuai apa yang Desa Sepakung butuhkan," kata Kabul, Kamis (31/8).
Menurut Kabul, Sepakung sedang berkembang menjadi desa wisata alam.
Karena itu, pihaknya memberikan pelatihan terkait pariwisata. Salah satunya pertolongan pertama pada wisatawan. Selain itu, mahasiswa dan mahasiswi UPGRIS juga memberikan pelatihan lain kepada warga.
"Kami memberikan pelatihan seperti pemandu wisata dan homestay, pembuatan peta tracking desa wisata, pelatihan bahasa Inggris, pembuatan paket wisata, hingga pelatihan pertolongan pertama gawat darurat," ujar Kabul.
Mahasiswa dan mahasiswi UPGRIS juga memberikan pelatihan pembuatan kerajingan tangan serta kuliner. Hal itu diharapkan bisa meningkatkan perekonomian warga Desa Sepakung.
"Ada pula pelatihan pembuatan suvenir dari bambu, pelatihan pembuatan singkong keju, hingga manisan kolang-kaling," kata Kabul.
Sementara itu, Kepala Desa (Kades) Sepakung Ahmad Nuri berterima kasih kepada mahasiswa dan mahasiswi UPGRI.
Menurut Ahmad, ilmu yang ditularkan mahasiswa dan mahasiswi UPGRIS sangat membantu warga Desa Sepakung. "Desa Sepakung ini memang sedang mengembangkan wisata alam dan kami membuat destinasi wisata alam. Pelatihan ini diharapkan warga semakin kreatif untuk memajukan wisata di Sepakung," terang Ahmad.
Dia menambahkan, salah satu ilmu yang paling bermanfaat adalah pelatihan pembuatan gula semut (gula merah berbentuk bubuk).
Pelatihan itu diberikan kepada kelompok sadar wisata (Pokdarwis), kelompok wanita tani (KWT), dan perwakilan tiap dusun sebagai alternatif pengolahan gula dari bahan getah nira.