Unjuk Rasa Mahasiswa di Berbagai Tempat di Indonesia Ternodai Aksi Kekerasan pada Aktivis
"Yang jelas para elite memaksakan diri untuk menunda pemilu, dan itu yang merugikan konstitusi," kata Muhammad Lutfi, mahasiswa yang mengikuti aksi tersebut.
Sejak unjuk rasa tahun 1998 untuk menggulingkan pemerintahan Suharto, mahasiswa telah dikenal sebagai salah satu garda terdepan usaha perlindungan demokrasi Indonesia.
Gagasan untuk mengizinkan masa jabatan presiden melebihi maksimal dua periode, yang masing-masing lima tahun, telah memicu kekhawatiran terancamnya reformasi demokrasi yang dengan susah payah didapatkan.
Hari Minggu kemarin (10/04), untuk kedua kalinya dalam waktu kurang dari seminggu, Jokowi mendesak para menteri dan kepala keamanan untuk menghentikan diskusi tentang masalah ini, dan mengatakan bahwa pemilihan umum akan diadakan pada Februari 2024, seperti yang direncanakan.
Sebelumnya, Jokowi mendapatkan banyak dukungan dari rakyat sejak pertama kali terpilih pada tahun 2014.
Tetapi survei oleh lembaga Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) yang dilakukan baru-baru ini menunjukkan bahwa lebih dari 70 persen orang Indonesia menolak rencana perpanjangan pemerintahannya.
Presiden pun dikritik karena sikapnya yang ambigu tentang masalah ini di mana ia menyebut wacana perpanjangan jabatan tersebut sebagai "sebuah gagasan", tetapi tidak dengan tegas menolaknya atau mengesampingkannya.
Dari hiruk-pikuk aksi unjuk rasa di berbagai tempat di Indonesia kemarin, satu cuplikan video menjadi viral di media sosial setelah menampilkan wawancara dengan seorang polisi.