Untuk Pertama Kalinya veteran Aborijin Pimpin Parade Hari Anzac 2017
Keluarga tentara Aborijin tidak dibolehkan bergabung RSL
Beberapa dekade setelah Perang Dunia ke-2, Gunner Percy Suey yang tinggal di sekitar Moore, utara New South Wales, masih mengenakan jaket tua berwarna khaki dan masih menyimpan medali perangnya di dalam sebuah kaleng tembakau.
“Warnanya selalu khaki, ayah saya tidak pernah meninggalkan warna itu,” kata anak perempuannya, Linda Boney.
“Anda akan selalu ingat warna itu – itu warna ayah.”
Gunner Percy Suey memanipulasi usianya hingga empat tahun lebih tua agar diterima di Angkatan Bersenjata Australia (Australian Imperial Force), dan berhasil masuk pada tahun 1941.
Kurang dari setahun kemudian, dia dilaporkan hilang dalam perang, dia diambil sebagai tawanan perang oleh Jepang, dan dipaksa untuk mengerjakan pembangunan kereta api Burma.
Banyak dari rekannya yang dipenjarakan bersamanya mengingat Percy Suey sebagai pahlawan, karena dia sering dan melarikan diri serta membawakan makanan bagi mereka, kata Boney.
Dalam satu usaha pelarian tersebut, dia dipukul di bagian kepala dengan gagang bayonet oleh seorang tentara Jepang dan terluka parah sebelum dia akhirnya dibebaskan pada tahun 1945 karena kondisi medis.
Dia pulang ke rumahnya di Moree sebagai pria yang mengalami trauma.
“Itu merupakan masa-masa yang sulit bagi tentara Aborijin yang kembali dari medan perang,” ungkap Boney.
“Banyak orang tidak membicarakannya karena menganggap hal itu bukan cerita yang ingin didengarkan masyarakat, tapi setiap ada kesempatan pasti saya akan menceritakannya, karena ini sungguh-sungguh merupakan kehidupan yang harus kami jalani,” kata Boney.
Mereka melindungi negara
Para peneliti mungkin tidak akan pernah tahu pasti berapa banyak laki-laki dan perempuan Aborijin serta Selat Torres yang ikut bertugas selama masa perang.
Hingga tahun 1990-an, tidak ada proses pengidentifikasian tentara Aborijin di angkatan pertahanan Australia.
Catatan dan foto-foto menunjukan tentara artileri Aborijin dan Selat Torres ikut berjuang dengan menggunakan seragam militer Australia sejak federasi didirikan.
Tentara Aborijin dan Selat Torres terus berupaya untuk berkontribusi dalam setiap pertempuran mulai dari Perang Boer sampai konflik saat ini.
Sedikitnya 1.000 tentara Aborijin dan Selat Torres ikut bertugas selama Perang Dunia I, dan sebanyak 8.000 mungkin telah mendaftar selama Perang Dunia II.
Presiden Asosiasi Veteran Aborijin dan Selat Torres, Gary Oakley, mengatakan motivasi mereka untuk mendaftar tidak sama dengan rekan-rekan non-Aborijin.
Mereka berjuang demi tanah Adat mereka, bukan untuk "Raja dan negara", katanya.
"Mereka masih memiliki etika prajurit, dan mereka berusaha melindungi negara," katanya.
"Ini merupakan pertama kalinya dalam hidup Anda, Anda akan mendapatkan upah.
- ABC Indonesia
Dunia Hari Ini: Menang Pilpres, Donald Trump Lolos dari Jerat Hukum
Selasa, 26 November 2024 – 22:49 WIB - ABC Indonesia
Dunia Hari Ini: Kelompok Sunni dan Syiah di Pakistan Sepakat Gencatan Senjata
Senin, 25 November 2024 – 23:54 WIB - ABC Indonesia
Dunia Hari Ini: Tanggapan Israel Soal Surat Perintah Penangkapan PM Netanyahu
Jumat, 22 November 2024 – 20:33 WIB - ABC Indonesia
Dunia Hari Ini: Warga Thailand yang Dituduh Bunuh 14 Orang Dijatuhi Dihukum Mati
Kamis, 21 November 2024 – 23:16 WIB
- Kriminal
Dibawa ke Mabes Polri, AKP Dadang Diborgol, Dikawal Ketat Provos
Rabu, 27 November 2024 – 04:50 WIB - Hukum
Ada Kontroversi di Kasus Polisi Tembak Siswa SMK, Komnas HAM Angkat Bicara
Rabu, 27 November 2024 – 02:02 WIB - Seleb
Asri Welas dan Suami Sudah tak Tinggal Serumah?
Rabu, 27 November 2024 – 03:09 WIB - Jatim Terkini
Warga Surabaya Usai Nyoblos Bisa Dapat Makan Gratis, Berikut Daftar Restorannya
Selasa, 26 November 2024 – 22:45 WIB - Gosip
Fakta-Fakta Gugatan Cerai Asri Welas Terhadap Sang Suami
Rabu, 27 November 2024 – 05:59 WIB