Untung Ada Komentar
Oleh Dahlan IskanOhh... itulah rupanya. Di semi final Piala Asia lalu Qatar mencetak empat gol. Sebenarnya tidak semua gol itu dimaksudkan untuk gawang Uni Emirat Arab. Melainkan satu gol untuk tiap negara yang memboikotnya.
Rumor itu begitu meluasnya di negara-negara Teluk. Yang semua gila bola. Sampai tujuan Piala Asia 'untuk persatuan' itu justru kian retak.
Husnun Juraid juga sering melakukan koreksi. Khusus soal kesalahan bahasa.
Misalnya kalau saya menuliskan kata 'hutang'. Selalu saja orang Malang itu membetulkannya. Mestinya utang. 'Utang budi dibawa mati'. Bukalah kamus besar bahasa Indonesia. Yang benar adalah 'utang'.
Kadang saya menyalahkan HP baru saya. Ketika saya menulis kata 'berutang' di HP, kata itu otomatis diubah menjadi 'berhutang'. Rupanya HP saya belum pernah belajar kamus besar bahasa Indonesia.
Cukup banyak pembaca yang memberikan koreksi. Biasanya Mas Joko Intarto langsung memperbaikinya.
Itulah enaknya online. Bisa langsung koreksi saat itu juga. Beda dengan di koran. Yang sudah tercetak tidak bisa dikoreksi.
Tapi soal DI’s Way terbit tiap pagi hari, rasanya akan saya pertahankan. Saya setuju: ini masih terbawa budaya cetak. Harus terbit pagi. Belum budaya digital. Yang bisa menulis kapan saja dan terbit saat itu juga.