Usai Bertemu Buruh, Menaker Berkeliling Kota Karawang
"Padahal di Amerika saja yang disebut bapaknya negara demokrasi cuma ada 1 konfederasi," kata Menaker Hanif.
Jumlah Pimpinan Unit Kerja (PUK) juga menurun. 7 tahun lalu ada sekitar 14 ribu PUK sekarang hanya tersisa 7 ribu PUK. Padahal perusahaan yang terdaftar di BPJS Ketenagakerjaan jumlahnya sekitar 400 ribuan. Logikanya harus ada 400 ribuan PUK.
"Dari data ini saya ingin mengatakan SP/SB kita basisnya keropos. SP/SB kita kekuatan politiknya lemah karena keanggotaannya merosot, karena PUK nya merosot. Tapi struktur elitnya bertambah. Jadi bisa disimpulkan pergerakan itu terjadi di lapisan elit," kata Menaker Hanif.
Makanya, lanjut Menaker Hanif, akhirnya federasi dan konfederasi menjadi semakin banyak.
"Malam harinya berantem paginya deklarasi konfederasi baru. Malam harinya berantem paginya deklarasi PUK yang baru. Begitu seterusnya," ungkap Menaker Hanif.
Menaker Hanif menilai, tolok ukur berhasil atau tidaknya pergerakan buruh ada dua, yakni dilihat dari jumlah perusahaan yang memiliki serikat pekerja dan jumlah buruh yang masuk dalam serikat pekerja. Jumlah buruh yang masuk ke serikat pekerja, harusnya semakin bertambah. Tapi, faktanya di Indonesia malah berkurang.
"Fenomena ini perlu dipertanyakan. Apakah SP/SB sudah dapat memenuhi ekspektasi anggotanya atau hanya dijadikan alat politik bagi elitnya. Saya ingin ini menjadi evaluasi dan refleksi bagi teman-teman di KSN. Apa yang kurang dari gerakan buruh," kata Menaker Hanif.
"Pantas saja makin sedikit buruh berserikat, makin sedikit PUK, karena pengusaha sering melakukan union busting. Itu alasan buruh. Sedangkan pengusaha bilang, tentu saja jumlah buruh berserikat menurun, PUK menurun, karena pimpinan serikatnya terlalu banyak main politik. Akhirnya satu sama lain cuma menyalahkan. Kini saatnya kita masing-masing melakukan evaluasi, melakukan refleksi," sambung Menaker Hanif.