Usia Penonton Konten Pornografi di Australia Semakin Muda
"[Pornografi] sering kali memperlihatkan laki-laki yang lebih dominan dan perempuan yang submisif… itu menormalkan kalau hubungan intim harus seperti itu."
Temuan dari lembaga Our Watch menghasilkan imbauan agar ada kurikulum yang mewajibkan sekolah-sekolah di Australia memasukkan pendidikan tentang pornografi yang sesuai umur.
Menurut psikolog asal Indonesia yang berpraktek di Brisbane, Ghassani Swaryadini, remaja yang terpapar konten pornografi sejak usia dini bisa memengaruhi bagaimana mereka menjalankan hubungan intim saat beranjak dewasa.
"Ada clash antara dua ide ini [pornografi dan realita] bisa membuat orang sangat bingung ketika di dalam relationship. Untuk enjoy the intimacy of it aja juga sulit," ujarnya kepada Billy Adison dari ABC Indonesia.
"Dunia pacaran sekarang aja udah sulit kan. Ditambah dengan all of these unrealistic ideas about sex and relationships akan membuat itu jauh lebih sulit."
Perbincangan yang tidak nyaman
Hasil survei juga menemukan 72 persen anak-anak muda di Australia tidak merasa nyaman untuk membahas pornografi dengan orang tua atau yang merawatnya.
Menurut Ghassani pembahasan pornografi atau seks bisa menjadi tantangan tersendiri, termasuk di kalangan diaspora Indonesia, bahkan di Indonesia sendiri, karena adanya "cultural shame".
"Hal- hal yang berbau seksual itu bukan sesuatu yang kita bahas dengan keluarga. Enggak usah yang anak-anak, kita yang dewasa aja belum tentu [nyaman]," katanya.