Vaksin Nusantara (2)
Oleh Dahlan IskanTentu saya harus bertemu Prof Dr dr Taruna Ikrar, salah seorang ahli dari tim Vaksin Nusantara ini. Prof Ikrar adalah dosen di California University Irvine. Yang kampusnya tidak jauh dari Los Angeles. (Sedang yang di pertengahan San Francisco –Sacramento itu California University Davis. Universitas ini memang punya beberapa kampus di beberapa tempat).
Tentu saya juga ingin bertemu Prof Zubairi Djoerban, ketua Dewan Pertimbangan PB IDI. Juga Prof Dr Ahmad Rusdan Handoyo, ahli biologi molekuler dari Universitas Indonesia itu. Dua orang inilah pengkritik paling andal Vaksin Nusantara.
Sedang saya sendiri adalah orang awam di bidang ini. Sewaktu terkena Covid-19 bulan lalu, saya juga menerima transfusi konvalesen. Yakni plasma darah dari pasien Covid-19 yang sudah sembuh.
Namun itu dari darah orang lain. Sedang yang Vaksin Nusantara ini dari darah kita sendiri. Mirip seperti ketika saya stem cell.
Pengalaman saya berkali-kali menjalani stem cell dan dua kali menerima konvalesen memudahkan saya memahami cara kerja Vaksin Nusantara ini.
Waktu stem cell, darah saya juga diambil. Dua tabung. Isinya jutaan sel.
Dokter Purwati lantas memilih-milih di antara jutaan cell itu. Mana yang terbaik.
Terpilihlah beberapa sel unggulan. Yang muda. Yang bentuknya terbaik. Yang lahir dari proses pembelahan sel yang sempurna.