Veto Obama soal UU Tragedi 9/11 Tak Diacuhkan Kongres AS
jpnn.com - WASHINGTON - Situasi politik di Amerika Serikat tak hanya memanas gara-gara jelang pemilihan presiden. Silang pendapat juga terjadi antara Presiden Barack Obama dan Kongres AS.
Rabu (28/9) waktu setempat, Senat dan House of Representatives sama-sama mendukung rancangan undang-undang Justice Against Sponsors of Terrorism Act (JASTA), landasan hukum di mana kerabat dan keluarga korban tragedi 11 September 2001 atau 9/11 bisa menggugat pemerintah Arab Saudi. Melalui JASTA, kerabat dan keluarga korban akan minta pertanggungjawaban Riyadh atas ulah warga Saudi.
Nah, Obama melakukan veto atas atas RUU tersebut, namun Kongres tak menggubris.
Hasil pemungutan suara di Senat menunjukkan, 97 suara mendukung perundangan itu. Hanya ada satu yang menolak. Yakni, Senator Harry Reid yang merupakan ketua kubu minoritas di Senat. Pada pemungutan suara pertama Mei lalu, seluruh anggota Senat mendukung proposal yang diusung Senator John Cornyn tersebut.
Pada Rabu lalu, House of Representatives menggelar voting kedua. Sebelum Obama memveto, JASTA mendapatkan dukungan penuh House of Representatives. Pada voting pertama 9 September, seluruh anggota meloloskan rancangan undang-undang tersebut. Tapi, dalam voting kedua, 77 legislator sepakat dengan Obama dan menolak JASTA. Sementara itu, 384 legislator lain tetap mendukung.
”Itu merupakan kesalahan besar,” kata Obama saat mendengar kongres mengabaikan vetonya mengenai JASTA.
Pemimpin 55 tahun tersebut menyayangkan keputusan kongres yang diyakin menjadi bumerang itu. Sebab, kini lewat perundangan seperti JASTA, pemerintah mana pun berhak menggugat AS tentang kejahatan yang dilakukan warganya di luar negeri.
Kamis (29/8) kemarin, keputusan kongres tersebut menandai kali pertama lembaga tertinggi pembuat undang-undang itu berseberangan dengan sang kepala negara. Tapi, kongres yang didominasi politikus Partai Republik tersebut memang sering berbeda pendapat dengan Obama. Belakangan, hubungan dua kekuatan Washington itu kian tidak harmonis. Terlebih saat mendekati pemilihan presiden (pilpres) seperti sekarang.