Waduk Raksasa Ide Jokowi Dianggap Bukan Solusi
jpnn.com - JAKARTA - Pemerintah Provinsi DKI Jakarta semakin getol mewujudkan rencana untuk membangun waduk raksasa di Bogor dan Depok sebagai solusi atas persoalan banjir yang setiap tahun melanda Ibu Kota. Terlebih, Pemda Jawa Barat pun sepakat dengan ide itu.
Namun, rencana itu justru dianggap bermasalah karena waduk raksasa diyakini tidak akan efektif mengatasi serbuan air dari kawasan Bogor yang mengakibatkan Jakarta kebanjiran. Menurut Direktur Program Yayasan Keanekaragaman Hayati (Kehati), Arnold Sitompul, pembangunan waduk itu tidak tidak akan mengurangi ancaman banjir dalam jangka panjang.
Arnold mengatakan, Gubernur DKI Joko Widodo alias Jokowi sebaiknya fokus pada upaya pembenahan daerah aliran sungai (DAS) yang mengarah ke Jakarta. Arnold menuturkan, ada 13 sungai dan 2 kali yang melintasi Jakarta sebelum bermuara di Laut Jawa. "DAS memiliki fungsi vital sebagai pengendali volume air. DAS yang memiliki daerah resapan air yang memadai akan mengurangi debit air yang mengalir ke muara," katanya saat dihubungi, Kamis (23/1).
Karenanya Arnold menyarankan Jokowi dan Gubernur Jawa Barat, Ahmad Heryawan agar mengalokasikan dana di APBD provinsi masing-masing untuk mendanai penanganan lingkungan DAS di sungai-sungai yang mengarah ke Jakarta.
Sementara itu, aktivis Ciliwung Institute, Sudirman Asun menilai rencana Jokowi membangun waduk raksasai di kawasan Puncak, Bogor dan Depok justru akan membahayakan masyarakat sekitar waduk. Sebab, waduk yang dibangun dengan cara memotong dan menahan laju aliran sungai tersebut rawan jebol. "Di Luar negeri, cara-cara pemangunan fasilitas fisik itu sudah ditinggalkan, gantinya adalah penghijauan," papar Asun.
Selain itu, lanjut Asun, membangun waduk dengan cara membendung aliran sungai akan menggangu keseimbangan ekologis. "Memotong aliran sungai dapat menggangu jalur migrasi ikan dan serta menggangu aliran nutrisi bagi biota sungai yang mengalir dari hulu ke hilir," ulasnya.
Asun pun menyarankan Pemprov DKI untuk merevitaslisasi situ dan embung yang ada. "Banyak situ yang sudah beralih fungsi maupun mengalami pendangkalan," pungkasnya.(jpnn)