Wah, Ternyata Ikan Tak Mau Menyembah Sultan Jogja
Namun saat hujan deras, genangan air hujan di utara masih terjadi hingga meluap sampai wilayah Klitren. Oleh sebab itu, embung di Langensari difungsikan kembali untuk mengurangi beban banjir.
Raja Keraton Jogja, dengan gelar Hamengku Bawono Ka-10 itu menambahkan, fungsi Embung Langensari sama halnya dengan Embung Tombok Boyo di Depok, Sleman. Yaitu untuk mengurangi beban luapan air.
”Sekarang untuk menampung air hujan ada dua, di Lembah UGM dan di sini (Langensari), malah sekaligus bisa juga untuk aktivitas masyarakat. Jadi ruang publik,” ujarnya.
Meski pengerjaan sudah selesai, Pemprov DIY masih memiliki pekerjaan rumah, yaitu membentuk badan pengelolanya. Untuk hal itu Pemprov DIY belum menentukan.
Kepala Bidang Cipta Karya Dinas Pekerjaan Umum Perumahan Energi dan Sumber Daya Mineral (PUP-ESDM) DIY Muhamad Mansur mengaku belum tahu siapa nanti yang akan mengelola Embung Langensari. ”Yang pasti nanti dari provinsi, bukan Kota Jogja,” ujarnya.
Mansur menjelaskan, untuk pembuatan embung dikerjakan pemerintah pusat melalui Balai Besar Wilayah Sungai Serayu Opak (BBWSO). Anggarannya berkisar antara Rp 6 miliar sampai Rp 7 miliar.
Sedangkan Dinas PUP-ESDM DIJ bertugas menata sarana dan prasarana di sekitar embung. Antara lain pembangunan gedung edukasi, lokasi parkir, lampu taman, hingga amphitheater dengan anggaran Rp 2,2 miliar.
Mansur juga meminta Pemkot Jogja untuk memindah tempat pembuangan sementara (TPS) serta warung yang ada dalam kawasan embung. ”Supaya lebih bersih kan TPS sampah bisa digeser,” harapnya.(pra/ila/ong/jpg/ara/jpnn)