Wajah Lain Hubungan Indonesia-Australia
jpnn.com - Ketegangan hubungan diplomatik pemerintah Indonesia dan Australia belakangan ini tak berimbas di semua lini. Di salah satu sekolah di Tangerang Selatan, Banten, para murid dan gurunya justru menyimpan kerinduan mendalam bisa dekat lagi dengan sesama insan pendidikan di Negeri Kanguru tersebut.
DIAN WAHYUDI, Jakarta
TERHITUNG sejak Juni 2010, SMA Negeri 3 Tangerang Selatan (Tangsel) menjalin hubungan kerja sama dengan sekolah menengah di Australia, Castlemaine Secondary College. Lewat program sister school atau sekolah kembar, hubungan itu kemudian tidak lagi sebatas jalinan kesepakatan di atas selembar kertas MoU (memorandum of understanding). Sister school kedua sekolah telah menjadi sebuah pengikat hubungan persaudaraan baru. Sebuah jalinan koneksi yang jauh dari urusan politik diplomatik, apalagi perkara sadap-menyadap seperti yang terjadi belakangan.
"Kami disatukan oleh misi yang sama, yakni mencerdaskan generasi bangsa," ungkap Wakil Kepala Bidang Pendidikan SMAN 3 Tangsel Yuniati saat ditemui di ruang kerjanya Senin (25/11) lalu.
Karena kesamaan misi itulah, perbedaan yang ada bukan merupakan masalah yang berarti. Justru dari perbedaan yang ada, menurut guru bidang pelajaran matematika itu, kedua pihak bisa memetik pelajaran.
"Termasuk belajar saling menghargai. Kami menghargai budaya Australia. Begitu pula mereka juga menghargai budaya kita," imbuh perempuan berjilbab itu.
Secara garis besar sister school merupakan link yang dijalin satu sekolah dengan sekolah lain di luar negeri. Bukan hanya berkaitan dengan pertukaran pelajar, kedua sekolah juga bisa sharing kurikulum, metode pengajaran, maupun informasi lain. Mekanismenya bisa saling berkunjung maupun berkomunikasi jarak jauh dengan memanfaatkan peralatan teknologi informasi seperti telekonferensi.
"Terus terang, setelah ada sister school kami seperti punya saudara dekat di Australia. Ini yang sulit dijelaskan, tapi bisa kami rasakan," kata Yuni, panggilan Yuniati.