Wajah Lain Hubungan Indonesia-Australia
Memang, program ini tidak selalu berjalan mulus. Sejumlah kerikil kerap dihadapi dua sekolah beda negara itu. Kendala itu, antara lain, menyangkut kebijakan di negara masing-masing.
Misalnya, masih berlakunya kebijakan travel warning yang dikeluarkan pemerintah Australia terkait isu terorisme beberapa tahun lalu. Karena dianggap sebagai salah satu negara tujuan yang berbahaya, pemerintah Australia memberikan batasan-batasan ketat kepada masyarakatnya saat ingin datang ke Indonesia.
Aturan tersebut sempat membuat perjalanan sister school tersendat. Sebanyak 23 siswa Castlemaine yang hendak mengunjungi saudaranya di SMAN 3 Tangsel dalam rangkaian pertukaran pelajar terpaksa batal. Meski telah berusaha meyakinkan pemerintahnya, mereka tetap tidak mendapatkan visa. Padahal, di pihak lain, SMAN 3 Tangsel sudah mengirimkan enam siswa ke Australia untuk tujuan yang sama.
Meski menghadapi kenyataan seperti itu, semangat pihak Castlemaine tak lantas surut. Sang kepala sekolah, Mary McPherson, terus melakukan nego ke pemerintahnya agar travel warning dicabut. Setidaknya, ada perlakuan khusus untuk program sister school yang melibatkan sekolahnya.
Upaya itu dilakukan Mary dengan mengajukan visa kembali. Kali ini hanya untuk dirinya dan koordinator program sister school sekolahnya, Simone Bussets. Alasan keberangkatan mereka ke Indonesia untuk melakukan kunjungan balasan sekaligus penandatanganan MoU jilid 2 dengan SMAN 3 Tangsel. MoU jilid 1 telah ditandatangani di Victoria, Australia.
Awalnya, pengajuan visa itu nyaris ditolak lagi. "Namun, Bu Mary ngotot. Kepada pemerintahnya dia beralasan bahwa kunjungan kali ini untuk memastikan dan melihat langsung kondisi (keamanan) di Indonesia," ungkap Yuni.
Berkat kegigihan Mary, pemerintah Australia akhirnya melunak. Visa pun keluar pada awal 2012. Hanya, visa itu dikeluarkan bukan atas nama pemerintah, melainkan pribadi. Artinya, pemerintah Australia tidak bertanggung jawab jika dalam kunjungan itu terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.
"Dengan penuh keyakinan Bu Mary tetap berangkat ke sini. Dia mengambil risiko tidak dijamin negaranya hanya demi membalas kunjungan kami," beber Yuni.