Wakafkan Diri untuk Olahraga Indonesia
Ini jadi hajatan besar Indonesia, untuk mengembalikan kejayaan olahraga indonesia dan membangkitkan rasa bangga masyarakat kepada atlet yang bisa tampil di olimpiade. Harus disadari, memang kepedulian itu semakin rendah, tepuk tangan saja untuk atlet sendiri pelit sekarang. Untuk itu, dengan Olimpiade ini kami harus bangkitkan nasionalisme dan rasa bangga itu. Ini akan menjadi test case, karena 2018 kita tuan rumah Asian Games 2018.
Dengan CdM, berarti saat ini kesibukan berlipat, selain mengurus bisnis, mengurus Tinju, mengurus balap sepeda, apakah masih tetap bisa semangat mengerjakan semuanya?
Kalau tinju, itu kan tinju pro, itu bisnis. Kalau bicara CdM dan balap sepeda (ISSI), ini hal baru karena banyak instrumen negara terlibat. Kemenpora, KOI, KONI, Satlak. Semua berkepentingan, apalagi saya juga harus memulai dari nol karena ada dinamika khususnya di Sepeda. Ini justru yang membuat saya tertantang, termotivasi.
Karena itu, saya bilang kalau saya rela mewakafkan diri saya untuk olahraga Indonesia. Ini menjadi komitmen saya, karena saya juga lahir dari keluarga olahraga. Keluarga saya Karate. Tujuannya, untuk bisa ikut andil membangkitkan prestasi Indonesia.
Selain tenaga itu, bentuk lain wakaf untuk olahraga itu seperti apa?
Tak perlu lah yang lain saya bicarakan, gak baik. yang pasti saya support penuh untuk olahraga Indonesia. Jangan hanya ngomong cinta olahraga, tapi tidak ada hal konkrit yang dibuat. Mudah-mudahan semangat ini juga dilakukan para pecinta olahraga lain. jangan bilang cinta olahraga, tapi tidak mau memulai untuk melakukan sesuatu untuk olahraga indonesia. jangan hanya mengkritisi, bikin sekecil apapun, mau jadi pengurus, kosultan, commmissier atau juri, atau apapun itu.
Nah, ini sekarang ada ancaman dinamika di olahraga akan muncul lagi, bagaimana menyikapinya pak?
Ya itu harus ditahan, semua pihak harus bisa menahan diri. Sebenarnya itu tak akan terjadi kalau di olahraga tujuan kita bukan jabatan, bukan kekuasaan, bukan juga anggaran. Tujuannya semata prestasi Indonesia. Semakin tinggi dinamika, semakin rendah prestasi.