Wakapolri: Polisi Jijiklah Pungli Rp 5 Ribu, Rp 10 Ribu
jpnn.com, JAKARTA - Wakil Kepala Kepolisian Republik Indonesia (Wakapolri) Komjen Syafruddin keberatan anak buahnya masih disebut terlibat pungutan liar (pungli) sopir truk di jalanan.
Saat silaturahmi Presiden Joko Widodo dengan perwakilan sopir truk se-Indonesia, di Istana Negara, Selasa (8/5), para sopir buka-bukaan kepada Kepala Negara mengenai maraknya pungli oleh preman hingga aparat. Baik di jalan, jembatan timbang maupun pelabuhan.
Menurut pengakuan para sopir, persoalan tonase truk kerap dijadikan sasaran aparat melakukan pungli. Sementara sopir tahunya membawa barang banyak agar bisa mendapatkan uang.
"Kami enggak tahu batas bawah dan batas atas gimana, biar gak overload, biar gak diminta sama dishub. Pak polisi biasanya baik-baik, kalau pak polisi mintanya kecil, kalau dishub dengan ancaman kalau tidak bayar nanti mobil ditahan, dikandangi," ungkap salah seorang sopir.
Usai acara itu, wakapolri yang ditanya soal keluhan sopir tentang masih adanya pungli oleh aparat, justru bertanya balik.
"Aparat mana? Jembatan timbang? Enggak ada lagi korek-korek gitu. Dulukan polisi, korek-korek. Enggak ada lagi korek-korek. Kalau itu ketangkap sama Propam, kita pecat," tegas Syafruddin.
Mantan Kepala Divisi Propam Polri itu menyebutkan bahwa para sopir mengeluhkan tentang pungli oleh preman.
"Iya dia (sopir) mau curhat tapi menyangkut premanisme. Jangan langsung ditujukan ke polisi. Kalian kan pikirannya langsung polisi. Polisi zaman dulu, 20 tahun yang lalu dengan polisi zaman sekarang, itu beda itu. Itu remunerasinya polisi sudah cukup banyak, cukup besar. Mereka juga jijiklah mau pungli-pungli yang Rp 5 ribu, Rp 10 ribu sekarang," tutur Syafruddin.