Wali Kota tak Hadiri Pembukaan Pekan Gawai Dayak, Ini Alasannya
Dia berharap acara tersebut berjalan lancar hingga resmi ditutup 27 Mei mendatang. Walaupun bukan warga Pontianak, dia ingin daerah yang merupakan barometer Provinsi Kalbar ini selalu dalam keadaan aman dan tenteram. Lagipula, menurutnya, selama ini masyarakat Pontianak selalu hidup rukun berdampingan.
"Kalau bisa jangan rusuh lah, dalam setahun paling tidak ada lima kali ke sini. Orang sini baik-baik bah," imbuh Fransiska.
Dari pantauan, pengunjung pembukaan PGD tak hanya dari etnis Dayak. Suku Melayu, Jawa, turis dari provinsi lain, hingga bule pun terlihat di sana. Bersama masyarakat lainnya, mereka berbaur dan mengabadikan momen dengan kamera maupun ponsel genggamnya.
Seperti yang dilakukan Purwanto yang datang bersama istrinya ke rumah Radangk. Ia terlihat terkagum-kagum dengan keramaian pembukaan PGD. Tangannya yang memegang telepon pintar bergerak ke sana ke mari mengabadikan sejumlah momen. Pria ini mengaku merasa nyaman karena aparat keamanan ada di setiap sudut jalan Pontianak.
"Tadi mau ke sini ada banyak Polisi dan tentara, saya harap bisa mengamankan situasi," tuturnya.
Dia dan istrinya diantar keponakan mereka ke Rumah Radangk. Meski sedikit khawatir, ia meyakini warga Pontianak cinta akan kedamaian.
"Sebenarnya ngeri juga tapi katanya acaranya hanya beberapa hari. Mumpung ada kesempatan, ya saya hendak melihat gawai. Saya yakin warga sini mencintai tanah kelahirannya ini. Tidak akan ribut," papar pria berusia 55 tahun itu.
Pria asal Semarang, Jawa Tengah, ini menyebut Pontianak merupakan kota kedua yang dia kunjungi di Kalbar. Dua tahun lalu ia ke Ketapang.