Wardah
Oleh Dahlan IskanSenin, 19 November 2018 – 11:48 WIB
“Dengan suami pak. Tapi lagi cari makan. Katanya kangen makanan Surabaya”.
Sang suami ternyata pernah tinggal di Surabaya. Saat SD dan SMP. Ikut orang tua. Yang jadi tentara.
Waktu kami tiba di Gubeng suaminya belum datang. Saya antar Bu Nurhayati ke ruang tunggu.
Saya sudah telat untuk acara saya berikutnya. Ingin sekali sebenarnya berkenalan dengan suami yang hebat itu. Gagal.
Saya menarik kesimpulan: Bu Nurhayati adalah jiwa yang matang.
Sosok wanita Padang mewujud sempurna dalam pribadinya. Mandiri tapi patuh suami. Kaya tapi tidak menampakkannya. Rendah hati tanpa dibuat-buat. Pekerja keras tanpa kelihatan ngoyo – memaksakan diri.(bersambung)