Warga Adat NTT Suarakan Penolakan Gibran sebagai Cawapres di Patung Jokowi
Menurut Benu, Jokowi itu orang baik, jangan sampai dirusak dengan mendorong pencalonan anaknya menjadi wakil presiden, seperti buah yang belum masak, jangan dipaksa. Mereka berharap agar Gibran berproses terlebih dahulu agar siap memimpin Indonesia ke depan.
"Biarkan Gibran matang secara alami. Buah yang enak dimakan masak alami dari pohon, butuh proses" ungkapnya.
Senada dengan Benu, Kepala Desa Sunu yang sedang menjabat, Yakob kase mengungkapkan setiap hari ia bersama warga Desa Sunu bersama-sama selalu mengikuti berita politik nasional lewat televisi bersama para warga.
Dirinya dan warga menolak keinginan berbagai pihak yang ingin menjerumuskan Jokowi dengan memaksakan Gibran, anaknya untuk menjadi calon wakil presiden.
"Kami sayang Gibran, jangan dipaksakan, jangan sampai merusak nama baik Pak Jokowi, jangan sampai merusakan ketokohan beliau," ungkap Yakob Kase kepala Desa Sunu.
Ritual dan doa itu dimulai dengan tarian bonet mengitari patung Jokowi oleh puluhan warga di padang di atas Gunung Sunu. Tarian melingkar dengan gerak ritmis itu merupakan tanda kebersamaan yang tak boleh putus.
Bagi warga Desa Sunu, Jokowi adalah salah seorang Presiden yang menyentuh kehidupan mereka secara nyata. Di saat yang sama mereka merasa prihatin dengan kondisi terakhir yang membuat mereka sangat resah dan prihatin.
Lewat ritual adat bersama di depan patung Presiden Jokowi, para warga Desa Benu berharap Presiden Jokowi dapat tetap menjadi Bapak untuk semua, dan bukan hanya untuk sekelompok orang, atau keluarga saja. Patung itu menjadi simbol kesejahteraan, persatuan, dan semangat gotong-royong.