Warga Desa Ini 2 Persen Tunarungu-Wicara tapi Bebas Bercerita Apa Saja
Jadilah Jawa Pos hanya memperkenalkan diri sebagai wartawan. Caranya, menempelkan telapak tangan di dada, kemudian membuat isyarat menulis di telapak tangan.
Dilanjutkan membuat isyarat bentuk pengait menggunakan telunjuk di atas kedua mata, sembari melakukan gerakan memotret.
Menurut Kanta yang juga fasilitator kolok di Bengkala, bahasa isyarat setempat lebih mudah dipahami. Khususnya bagi mereka yang bukan tunarungu-wicara.
’’Karena mereka membuat perlambang menggunakan benda yang ada di sekitar mereka sehari-hari,’’ tuturnya.
Maka, tidak heran bila sekitar 80 persen warga Bengkala, mulai anak-anak hingga dewasa, paham dengan bahasa isyarat.
Sebab, bahasa itu diajarkan oleh para tetangga ataupun kerabat mereka yang kolok untuk memudahkan komunikasi sehari-hari.
Ketut Deni Aka, seusai latihan yoga, membenarkan bahwa berbicara bahasa isyarat dengan tetangga-tetangganya yang kolok sudah jadi bagian keseharian.
’’Tapi, kalau saya ini mampunya sebatas percakapan umum sehari-hari. Kalau sudah sangat teknis sekali, baru dibantu Pak Kanta,’’ terangnya.