Warga Keluhkan Modus Indihome Gaet Pelanggan
“Tapi sales-nya minta KTP dan memotretnya dengan HP. Dia bilang hanya untuk pendataan saja. Bahkan saya juga diminta tanda tangan di beberapa lembar kertas. Katanya tidak perlu dibaca, itu hanya formalitas saja. Dan saya pikir itu mungkin buat bukti sales kalau sudah bekerja melakukan penawaran,” ujarnya.
Dua hari kemudian datang dua orang teknisi dari Telkom yang akan memasang jaringan Indihome. ”Saat itu saya bilang, tidak melakukan konfirmasi pemasangan, kenapa ini ada pemasangan,” katanya.
Salah seorang teknisi pun menunjukkan SMS dari pihak kantor yang berisi perintah pemasangan Indihome di rumah tersebut. ”Saya masih ngotot kalau tidak melakukan konfirmasi pemasangan. Namun teknisi tetap memasang jaringan,” ujar perempuan 31 tahun itu.
Hari berikutnya, pihak Indihome kembali datang dan melakukan pemasangan modem. Karena sudah telanjur, akhirnya Ranindipa mencoba berlangganan.
”Sejak pemasangan itu saya juga tidak pernah lagi ditelepon sales-nya. Saya tidak tahu nanti jatuh tempo pembayarannya kapan. Tahunya saya setelah internet tidak bisa digunakan, pada akhir 1 September 2016,” katanya.
Tagihan pertama keluar sebesar Rp 288 ribu. Nilai tersebut tidak jauh berbeda dengan paket Rp 300 ribu. Namun pada tagihan September yang keluar pada 1 Oktober sebesar Rp 778 ribu.
”Tagihan kedua kok besar, katanya paket Rp 300 ribu itu flat. Saya pun mencoba ngomong ke suami dan diminta jangan dibayar dulu,” ujarnya.
Hingga akhirnya sekitar satu minggu berselang, pihak Indihome datang melakukan penagihan. Suami Ranindipa, Awan (32) mengaku kaget dengan tagihan itu.