Warga Ketakutan Budidaya Ikan di Waduk Jatiluhur
jpnn.com - PURWAKARTA - Sejak ditertibkan tim gabungan, hasil ikan air tawar di Waduk Jatiluhur menurun drastis hingga 50 persen. Penurunan hasil ikan salah satunya disebabkan petani yang takut menebar ikan. Bahkan tak sedikit petani belum memastikan untuk melanjutkan usaha di bidang budi daya air tawar tersebut.
Aceng (45), petani ikan asal Desa Ciririp Kecamatan Sukatani misalnya. Dia mengaku waswas atau takut ketika kolamnya disebar ikan tiba tiba dibongkar oleh petugas.
"Kami takut mau tanam ikan, soalnya KJA (kolam jaring apung) kami memang tak berizin. Padahal kami adalah warga asli Jatiluhur, dan kami adalah korban ketika danau ini dibangun, dimana rumah kami dulu kini berada jauh didalam danau," ujarnya.
Aceng dan beberapa petani ikan lainnya menuturkan, sebagai warga asli Jatiluhur, dan sebagai korban pembangunan danau, berharap, pemerintah lebih memperhatikan kondisi warga.
Ditemui di tempat yang sama, salah seorang pengepul ikan, H Mahdum (43) asal Kampung Warung Kandang Kecamatan Sukasari, menuturkan, sejak dilakukan penertiban KJA, penghasilan penjualan ikannya turun drastic hingga 70 persen. Bahkan Mahdum terpaksa mengistirahatkan pegawainya hingga 50 persen.
"Biasanya, sebelum ada penertiban, kami bisa menjual ikan miniman 20 ton per hari. Saat ini untuk jual 5 ton saja sulit," bebernya.
Mahdum mengaku, penurunan produksi KJA menyulitkan usahanya sebagai pengepul dan penjual ikan. Pasalnya, untuk menjalankan usahanya tersebut, ia menggunakan modal pinjaman bank.
"Kalau sudah begini, jangankan mempertahankan pegawai, rumah gak disita bank saja sudah bagus," lanjutnya.