Warga Miskin Surabaya Harus Bayar Sendiri Biaya Tes Swab COVID-19, Jutaan, Ya Ampun
Mendapati hal itu, lanjut dia, warga tersebut berinisiatif sendiri melakukan tes lanjutan atau swab di salah satu rumah sakit swasta di Surabaya. Saat dilakukan swab, warga tersebut disarankan dokter untuk rawat inap di rumah sakit.
Namun warga tersebut tidak mengikuti saran dokter karena tidak mampu untuk biaya rawat inap di rumah sakit.
Selain itu, warga tersebut juga diminta pihak rumah sakit membayar tes swab sebesar Rp2,2 juta.
"Saat video call dengan saya, beliau mengeluh mahalnya biaya swab yang harus ditanggung sendiri. Sekarang, beliau melakukan isolasi diri di rumah kontrakan adiknya. Karena kalau di rumahnya takut nular ke anaknya," ujarnya.
Reni menyampaikan persoalan tersebut ke Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Surabaya dengan maksud agar biaya tes swab orang tersebut diganti Pemkot Surabaya dan yang bersangkutan mendapat pendampingan dari Puskesmas setempat.
"Perlu solusi sistemik, jadi tidak hanya kasus per kasus. Kasus yang ada ini harus jadi bahan evaluasi. Jangan sampai ada yang harus menjalankan tes swab atas saran rumah sakit. Namun terkendala biaya. Warga kurang mampu mesti biayai sendiri," katanya.
Selain itu, lanjut dia, jangan sampai ada yang PDP tetapi pihak Puskesmas atau dinas kesehatan belum tahu. Untuk itu, Reni meminta Dinas Kesehatan menyampaikan hal itu ke rumah sakit swasta.
"Siapa pun warga Surabaya yang rapid test-nya positif maka tes swab akan ditanggung oleh Pemkot Surabaya dan perawatan selama di rumah sakit dibiayai APBD, utamanya bagi yang tidak mampu," katanya.