Warga Papua Haram Bakar Rumah Ibadah
jpnn.com - KERUKUNAN hidup beragama di tanah air tiba-tiba terusik dengan adanya insiden di Kabupaten Tolikara, Papua (17/7) lalu. Banyak pihak saling menyalahkan atas peristiwa ini, karena dianggap telah menodai nilai-nilai kerukunan beragama. Apalagi, insiden tersebut terjadi ketika umat Islam akan menjalankan salat Id di Markas Komando Rayon Militer (Makoramil) 1702-11, Karubaga.
Peristiwa yang berujung terbakarnya sebuah musala itu menyakiti banyak pihak. Terutama umat muslim. Beragam versi kronologi peristiwa itu juga membuat publik sempat bergejolak. Papua yang selalu jauh dari isu SARA ini pun dikhawatirkan tak aman lagi untuk pendatang.
Kekhawatiran publik di luar Papua ini langsung ditampik Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama Pendeta Lipiyus Biniluk. Sebagai tokoh agama di Papua, ia meyakinkan masyarakat bahwa warga Tanah Cenderawasih itu sangat menghargai kerukunan hidup beragama. Hal ini juga dijelaskan Pendeta Lipiyuk pada Presiden Joko Widodo.
Lalu, apa dan bagaimana situasi Papua dan Tolikara menurut Pendeta Lipiyuk? Berikut wawancara wartawan JPNN.com, Natalia Fatimah Laurens dengan Lipiyus di kantor kepresidenan, kompleks Istana Negara, Jakarta, Jumat (24/7).
Apa saja yang sudah dilaporkan tokoh agama Papua pada presiden?
Pertemuan kami sangat baik. Kami laporkan situasi keamanan khususnya Papua dalam keadaan aman. Tidak seperti yang diberitakan sekarang ini. Sejak 2 jam setelah peristiwa itu, Tolikara aman. Tolikara aman, Papua aman. Untuk follow up lebih jauh kami percayakan kepada presiden agar percayakan kepada kami. Kami akan tangani masalah ini sampai selesai. Seluruh warga bangsa untuk mendoakan dan mendukung apa yang kami lakukan di sana. Situasi aman terkendali masyarakat Papua aman.
Apa ini sebelumnya hal seperti ini pernah terjadi di Papua?
Sejak Papua bergabung dengan Indonesia 50 tahun lebih belum pernah konflik seperti ini. Orang Papua haram hukumnya bakar tempat ibadah. Tempat ibadah apa pun milik bersama. Semua bisa masuk tempat ibadah.