Warga Thailand Seperti Kehilangan Orang Tua
jpnn.com, BANGKOK - Proses perabuan mendiang Raja Bhumibol Adulyadej berakhir. Kemarin pagi (27/10) Raja Maha Vajiralongkorn menjemput abu dan tulang ayahandanya dari Royal Crematorium di Sanam Luang.
Abu dan tulang dalam enam guci emas itu dibawa kembali ke Dusit Maha Prasat Throne Hall di Grand Palace untuk disimpan.
Hari ini, Sabtu (28/10) prosesi kremasi masih berlanjut dengan pembacaan doa terakhir bagi raja yang bertakhta selama 7 dekade 126 hari di Thailand itu. Prosesi lima hari yang sarat ritual dan tradisi tersebut berakhir besok (29/10).
Puncaknya, abu Bhumibol bakal disemayamkan selamanya di dua lokasi. Yakni Wat Ratchabophit Royal Cemetery dan Wat Bowonniwet Vihara Royal Temple. Sedangkan tulangnya ditempatkan di Grand Palace.
Abu Bhumibol juga disemayamkan di Wat Bowonniwet Vihara Royal Temple karena pada masa mudanya, raja 88 tahun itu menjadi biksu di sana. Layaknya pemuda Thailand dari keluarga Buddha yang taat, Bhumibol muda pun pernah menjadi biksu di wihara.
Umumnya, para pemuda Buddha yang berusia 18 tahun akan merasakan hidup layaknya biarawan selama sekitar enam bulan. Demikian pula Bhumibol.
Kemarin, setelah memindahkan enam guci emas ke Grand Palace, Vajiralongkorn menyucikan abu dan tulang sang ayah. Lagu-lagu klasik Thailand mengiringi proses tersebut.
Dalam keheningan, satu-satunya anak lelaki Bhumibol itu memerciki tulang belulang sang ayah dengan air suci. Selanjutnya, abu dan tulang Bhumibol diberkati Sangharaja Ariyavongsagatanana VIII, biksu Buddha tertinggi Thailand.