Warning Australia, Tak Punya Firasat Lebaran Terakhir
Minggu, 05 Oktober 2008 – 08:22 WIB
(A): Hanya khatam Alquran dua kali karena sibuk baca dan nulis. Saya sudah buat buku dan insya Allah segera naik cetak. Judulnya nanti, rahasia dulu. (Di antara ketiga orang itu, baru Imam Samudra yang menulis buku, Aku Melawan Teroris, 2004)
(M): (Menyitir Alquran) sama seperti muslim lainnya. Cuma, di dalam penjara ada kelebihan yang tidak dirasakan di luar. Di antaranya, khatam Alquran dalam 12 jam. Mulai subuh sampai sebelum buka. Awalnya saya tidak percaya, ternyata bisa.
Dalam sebulan ini saya juga sudah menulis. Ada 60 macam. Ada yang bentuk buku, makalah, dan surat-surat. Kapan diterbitkan, wallahu a’lam. Isinya macam-macam. Ada wasiat kepada muslimin, tentang jihad, tentang JBB atau jihad bom Bali, juga biografi.
Ini tidak untuk mengimbangi buku adik saya, Ali Imron, dan adik ipar saya, Nasir Abbas (Ali Imron menulis buku Ali Imron sang Pengebom dan Nasir menulis Membongkar Jamaah Islamiyah. Kedua buku itu menguliti bom Bali dan berisi penyesalan atas tragedi tersebut. Kedua buku itu berbeda dari buku Imam yang mengukuhkan sikapnya dalam bom Bali).
Untuk buku Ali Imron, alhamdulillah. Tapi, yang perlu dikoreksi tentang penyesalannya terhadap bom Bali. Tapi, saya hargai, itu pendapat dia. Memang, soal bom Bali, ada perbedaan antarulama. Ada yang mengatakan itu jihad, itu jahat, dan itu kriminal. Tapi, bagi saya, itu adalah jihad berdasarkan syariat yang saya baca.
Operasi bom Bali (12 Oktober 2002) itu ada hubungannya dengan (pengeboman) WTC (11/9/2001), ada hubungannya dengan peledakan bom Marriott di Pakistan (19/9/2008), dan jihad di tempat lain. Pokoknya, kepentingan Amerika dan sekutunya halal untuk dihancurkan. Di mana saja.