Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

Waspada! Daging Ayam Berformalin Beredar

Minggu, 19 Juni 2016 – 11:28 WIB
Waspada! Daging Ayam Berformalin Beredar - JPNN.COM
Daging ayam. Foto: dok.JPNN

jpnn.com - SURABAYA—Masyarakat kini harus waspada saat membeli dan mengonsumsi daging ayam.  Pasalnya, tidak semua ayam yang dijual higienis dan layak dikonsumsi.

Bisa jadi,  yang dijual adalah ayam yang mati sendiri atau mati kemarin (tiren), tapi dijual bercampur dengan yang disembelih. Atau ayam yang berformalin.

Sejauh ini belum ada temuan dari kepolisian tentang praktik pencampuran daging itu.Yang ada, daging sapi dijual dengan dicampur daging babi.

Meski begitu, praktik pencampuran daging ayam yang tidak beres tersebut tetap ada. Sebab, daging ayam tiren ternyata menjadi rebutan tengkulak di pasaran.

Hanya, masyarakat telanjur risi dengan sebutan ayam tiren. Mereka memiliki istilah khusus. Ada yang menyebut dengan ayam mati. Ada juga yang menggunakan istilah pakan ikan. Dengan menyebut dua istilah itu, pedagang dan pengepul daging langsung paham bahwa yang dicari ayam tiren.

Jawa Pos mengunjungi beberapa tempat pemotongan ayam pedaging di Surabaya. Salah satunya di kompleks pertokoan di kawasan Surabaya Selatan. Meski berada di lokasi yang strategis, aktivitas tersebut terlihat tersembunyi. Tempatnya terkesan tidak dirawat.

Dari luar tidak terlihat aktivitas apa pun di tempat yang luasnya separo lapangan bola voli itu. Tapi, ketika masuk, terdapat ratusan ayam yang masih hidup di kandang-kandang portabel.

 Di lokasi sama, ayam yang sudah mati dengan bekas sayatan di bagian leher memenuhi lantai. Empat pekerja terhenyak ketika Jawa Pos masuk lokasi tersebut. Saat menyebut pakan ikan, mereka langsung saling memandang. Salah seorang pekerja yang paling gempal menjawab dengan menggunakan bahasa daerah.

 "Enggak ada. Dipakai sendiri," kata seorang pria sembari menyibukkan diri dengan ayam-ayam yang sudah tidak bernyawa. Dia lalu menunjuk lokasi lain yang letaknya tidak jauh dari tokonya.

Ketika keluar dari toko kumuh tersebut, seorang pria yang tadinya bersembunyi di balik kandang berusaha membuntuti sembari melihat dengan tatapan menyelidik.

Transaksi ayam tiren juga ditemukan di sebuah pasar modern di kawasan Surabaya Selatan. Sejumlah pedagang di pasar tradisional menyebutkan bahwa lokasi itu menjadi jujukan siapa pun yang mencari ayam yang mati bukan karena disembelih.

"Kalau mau ke kandang-kandang, gratis. Tapi, kalau di sana, beli," ucap pedagang daging ayam di Pasar LKMK Semolowaru.

Jawa Pos mendatangi lokasi tersebut sesuai dengan arahan pedagang tadi sekitar pukul 23.00. Tempatnya tidak hanya tersembunyi, tapi juga membuat merinding. Lokasinya berada di lorong pasar. Tidak ada penerangan sama sekali di akses menuju ke sana. Bahkan, di tempat itu, penerangan hanya menggunakan satu lampu neon.

Tiga pikap berisi ayam yang dimasukkan kandang portabel berjejer. Tujuh pekerja menurunkan muatan tersebut. Mungkin mereka terbiasa bekerja di kegelapan. Di salah satu sudut lorong itu, ada tumpukan benda warna putih yang terlihat samar. Tumpukan itu adalah ayam mati.

Dua orang terlihat mengawasi aktivitas bongkar muat sembari menikmati secangkir kopi hitam. Kedatangan Jawa Pos langsung menarik perhatian mereka. Ketika menyebut ayam mati untuk pakan ikan, salah seorang di antaranya menunjukkan ayam yang masih hidup di salah satu sudut lorong. Ayam yang ditawarkan berupa anakan (muda).

Setelah mengulangi perkataan bahwa yang dibutuhkan adalah ayam mati, sikapnya mendadak berubah. "Butuh akeh tah," tanyanya dengan sorot mata tajam. Dia mempersilakan mengambil cuma-cuma ketika mendengar hanya butuh dua ekor. "Miliho dewe, sebelah kono (pilih sendiri, sebelah sana, Red)," imbuhnya.

Menurut dia, jika menginginkan lagi di lain hari, harus datang sebelum dini hari. Sebab, jika lewat waktu tersebut, hampir pasti tidak akan kebagian. Sebab, sudah ada yang mengumpulkannya. Kami pun bergegas mengambil dua ekor ayam di salah satu sudut lorong tersebut.

Di sana terdapat puluhan ayam yang tidak bernyawa. Ketika dipegang, kondisinya masih segar. "Mati sik tas (baru saja mati, Red)," kata seorang pekerja ketika melihat kami kebingungan memilih dua di antara puluhan ayam yang menumpuk. Biasanya ayam itu mati di perjalanan ketika dikirim dari kandang ke Surabaya.

Lantas, untuk apa daging bangkai ayam itu? Pria tersebut menjawabnya dengan nada berseloroh. "Iso nggo pakan lele, yo iso dipangan," ucapnya, lalu tertawa.

Sementara itu, dari penelusuran Jawa Pos di sejumlah pasar tradisional, tidak ada seorang pun pedagang daging yang khusus menjual ayam tiren. Juga, tidak ada pedagang yang menyediakan daging tiren. Meski begitu, belum tentu semua daging yang dijual masih fresh.

Secara terpisah, Kasatreskrim Polrestabes Surabaya AKBP Shinto Silitonga mengatakan belum menerima laporan soal temuan ayam tiren yang dikonsumsi manusia. Namun, dia menegaskan bahwa saat ini pihaknya tidak berdiam diri.

"Menjelang Lebaran, memang kami berfokus pada peredaran makanan dan minuman di masyarakat. Kalau memang ada yang menemukan, silakan dilaporkan," jelas Shinto. (puj/eko/did/c7/end/flo/jpnn)

 

Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News